DURI - Info warga Duri, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau yang dikabarkan 'move on' alias pindah ke Sumatera Barat ternyata tidak dapat dipungkiri. Hal itu sesuai dengan data yang GoRiau.com peroleh dari Unit Pelayanan Teknis (UPT) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (disdukcapil) Mandau. Menurut pihak Disdukcapil Mandau, mereka yang mengajukan permohonan surat pindah itu tidak hanya ingin balik kampung, tetapi ingin mengejar peluang bisa bekerja di perusahaan besar seperti Chevron. Perusahaan itu kabarnya bergerak dalam bidang geothermal.

Secara terang-terangan perusahaan besar yang lokasi pekerjaannya di daerah Sijunjung Kabupaten Solok, Sumatera Barat ini akan membuka tender baru kepada perusahaan sub kontraktor setelah Lebaran 2016 ini.

"Itu bukan hanya isu. Tapi memang seperti itu kenyataannya. Kami tahu informasi ini dari mulut ke mulut. Setelah kami cari tahu dan bertemu langsung dengan penyalur, kami buat surat lamaran. Dari Duri ini juga ada perusahaan yang akan ikut tender geothermal itu," kata Burset, salah satu warga Duri saat dikonfirmasi GoRiau.com, Rabu (15/6/2016).

Dikatakannya, saat ini perusahaan geothermal itu sedang tidak beroperasi dan akan mulai beroperasi lagi setelah lebaran. "Kalau di Duri ini kan perusahaan-perusahaan kecil dapat kerjaan dari Chevron, nah gitu juga di Sijunjung. Kami masukan lamaran ke perusahaan yang akan ikut tender geothermal," imbuhnya lagi.

Saat ditanyakan, apakah sulit untuk mendapatkan pekerjaan disana, Burset menjelaskan, bahwa dirinya hanya dimintai surat pengalaman kerja. "Katanya tidak pakai tes, cukup pengalaman kerja saja. Kerja nanti di sana itu dibagi per kru. 1 kru itu ada 20 orang, sistem kerjanya 17:7," jelasnya lagi.

Pada pemberitaan sebelumnya disebutkan, warga duri berbondong-bondong pindah ke Sumbar. Bahkan ada informasi, 500 jiwa dari ex satu perusahaan yang di PHK juga akan mencoba mengadu nasib di Sumbar.

Geothermal, Pengolahan, Pariwisata dan Infrastruktur

Sebelumnya, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Sumatera Barat Masrul Zein mengatakan sektor energi terutama energi panas bumi atau geothermal menjadi jualan utama pemerintah setempat kepada investor.

'Fokus kami masih di sektor geothermal, pariwisata, industri pengolahan, pembangunan infrastruktur, dan lain-lain,'' katanya, Senin (11/4/2016).

Data BKPM setempat mencatatkan jumlah izin yang dikeluarkan sampai Maret 2016 mencapai 235 izin. Sebanyak 55 izin dikeluarkan untuk bidang ESDM, 49 izin di sektor perikanan dan kelautan dan 43 izin di sektor perhubungan.

Selain itu, izin di sektor tenaga kerja sebanyak 26 izin, sektor penanaman modal 22 izin, sektor kehutanan 14 izin, sektor kesehatan 12 izin, dan sektor perindustrian dan perdagangan sebanyak 11 izin.

Menurutnya, sektor energi menjadi prioritas karena potensi energi panas bumi di daerah itu masih sangat besar mencapai 1.656 MW di 17 titik yang tersebar di lima kabupaten, Solok Selatan, Agam, Tanah Datar, Pasaman, dan Pasaman Barat.

Dari potensi yang ada, cadangan terduga panas bumi mencapai 858 MW dan sumber daya geothermal yang masih spekulatif diperkirakan mencapai 798 MW.

Dia mengatakan dari potensi yang ada baru PT Supreme Energy yang menggarap dua titik di Muara Labuh dan Kili Pinangawan, Kabupaten Solok Selatan masing-masing dengan potensi 194 MW dan 412 MW.

Sedangkan perusahaan lainnya, Hitay Energy asal Turki berencana menggarap potensi energi di Gunung Talamau, Pasaman, dan Syabas Energy tengah menjajaki potensi lainnya di Sumbar.

Sementara itu, nilai investasi yang masuk ke Sumbar tahun lalu sebesar Rp1,55 triliun melalui penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) sebesar US$ 57,13 juta.

***