JAKARTA- Komisi X DPR-RI tidak setuju jika Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) memotong anggaran Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima). Hal itu diputuskan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Panja Persiapan Asian Games 2018, Komite Olahraga Indonesia (KOI) dan Satlak Prima di Ruang Rapat Komisi X DPR-RI Jakarta, Selasa (14/6/2016).

"Komisi X tidak menyetujui adanya pemotongan anggaran kegiatan Satlak Prima karena bisa berdampak pada tidak tercapainya prestasi dalam menghadapi multi event. Bagaimana pun, pemotongan anggaran yang mencapai 35 persen itu pasti akan mempengaruhi program pembinaan atlet. I ," kata GM Utut Adianto dari Fraksi PDI-P selaku pimpinan sidang.

Menurut Utut Adianto, pemotongan anggaran yang mencapai Rp167 Miliar dari Rp500 miliar anggaran Satlak Prima itu dipastikan akan mengganggu program kerja Satlak Prima. "Dampak pemotongan itu jelas mengganggu kinerja yang telah disusun Satlak Prima. Apalagi, jumlahnya cukup besar. Dan, itu akan berdampak terhadap performa atlet yang akan dibangun Satlak Prima," kata Utut.

Pernyataan yang sama juga dilontarkan anggota Komisi X, Yayuk Basuki dari Fraksi PAN. "Memang keputusan adanya pemotongan anggaran Satlak Prima itu kan masih baru usulan. Makanya, kita minta Menpora Imam Nahrawi berani memperjuangkan di Departemen Keuangan (Depkeu) agar tidak ada pemotongan anggaran Satlak Prima tersebut," katanya.

Sementara itu, Deputi IV Bidang Prestasi Kemenpora Gatot S Dewabroto mengatakan, pihaknya audah berupaya untuk tidak memotong anggaran Satlak Prima. "Anggaran Deputi IV itu sebesar Rp 407 miliar yg terpotong. Kami sudah menghindari dan tidak ada cara lain," katanya.

Ketua Satlak Prima, Ahmad Sutjipto mengatakan Satlak Prima mendapat anggaran Rp500 miliar untuk anggaran tahun 2016. Dana itu termasuk anggaran persiapan Paralympic sebesar Rp60 miliar.

"Kalau sampai terjadi pemotongan, kita terpaksa akan melakukan rekapitulasi kembali anggaran. Dan, kita akan lebih memfokuskan penggunaan anggaran untuk kebutuhan persiapan Olimpiade Rio de Jeneiro," katanya.

Dalam kesempatan itu, Ahmad Sutjipto juga memaparkan Satlak Prima ditargetkan bisa membawa kontingen Indonesia masuk dalam 10 besar pada saat menjadi tuan rumah Asian Games 2018. "Untuk bisa mencapai target masuk 10 besar, kita minimal harus mampu merebut 12 medali emas," katanya.

Berdasarkan target itu, katanya, Satlak Prima melakukan proyeksi perolehan medali. Dari 13 cabang yang potensial mulai dari bulutangkis (4 emas), angkat besi (2), Atletik (1), wushu (2), panahan (2), balap sepeda (5), pencak silat (2), panjat tebing (2), dragon boat (2), karate (1).

"Di luar dari cabang itu, Bridge yang masih diperjuangkan mengklaim bisa memasok 5 medali emas tapi kita minta hanya 2 emas. Begitu juga paragliding yang menjanjikan 4 emas, dan jetski dengan 2 emas. Proyeksi kita sih 31 emas dari 12 target emas," katanya.

Mengingat target cukup berat tersebut, Ahmad Sutjipto meminta dukungan penuh dari pemerintah terutama masalah anggaran. "Kita itu ingin merebut keunggulan atlet dari negara lain untuk bisa memenuhi target di Asian Games 2018. Jadi, komitmen dukungan pemerintah tidak bisa biasa-biasa saja," katanya. ***