MEDAN - Paguyuban Warga Komplek Perumahan Taman Setia Budi Indah (Pagar Tasbih) meminta aparat pemerintah Kota Medan dan Kepolisian Resort (Polres) Kota Medan untuk segera menertibkan Satpam liar di areal Komplek Tasbih. Selama hampir satu bulan ini, warga Tasbih diresahkan oleh kehadiran satpam liar yang bertindak seolah-olah menjaga keamanan di komplek tersebut. "Kita minta agar Pemko Medan dan Polresta Medan bertindak tegas. Satpam liar yang tidak mempunyai izin beroperasi di komplek Tasbih agar segera ditertibkan," kata Ketua Pagar Tasbih, Aulia Andri kepada wartawan, Senin (13/6/2016).

Menurut Aulia Andri, insiden bentrokan Satpam yang selama ini menjaga keamanan komplek dengan gerombolan Satpam liar itu, sempat terjadi beberapa hari lalu. Insiden itu mengakibatkan sejumlah Satpam luka dan meresahkan warga.

"Bentrokan itu jelas meresahkan warga. Ini kok sudah kayak pasar saja. Rebutan menjaga keamanan malah meresahkan. Bukan membuat warga menjadi hidup tenang," tegas Aulia Andri yang juga merupakan Pimpinan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Sumatera Utara.

Aulia menjelaskan, Pagar Tasbih merupakan perkumpulan warga yang legal dan sudah didaftarkan ke notaris Gongga Marpaung, SH. Ditambahkannya, para pendiri Pagar Tasbih sudah menunjuk dirinya menjadi ketua dewan pengurus dan meminta untuk menjelaskan pada para pemangku kepentingan di dalam dan luar komplek, terkait situasi di komplek itu.

"Jadi dapat saya jelaskan bahwa, jika ada yang mengaku sebagai wadah tunggal warga Tasbih, itu ngawur. Setiap warga negara berhak berkumpul dan berserikat. Maka itu, Pagar Tasbih hadir untuk membangun komunikasi dengan berbagai pihak guna menciptakan lingkungan yang damai, aman dan tentram di komplek ini," katanya.

Aulia Andri, yang merupakan Wakil Ketua PC NU Medan, juga menceritakan bahwa ada beberapa orang yang mengatasnamakan himpunan warga, saat ini, berupaya untuk membuat kondisi tidak nyaman. Bahkan katanya, ada upaya untuk membuat konflik SARA.

"Saya sendiri sudah mengadukan persoalan ini ke pengurus Mesjid Musabbihin di Komplek Tasbih dan beliau mengatakan tahu siapa yang mengirim sms berbau konflik SARA tersebut. Karena dianggap tidak mendukung gerakan mereka, saya diancam tidak boleh diurus Mesjid Musabbihin jika saya meninggal dan disuruh diurus oleh warga beragama lain. Ini kan sangat tendensius ke arah SARA," tandas Aulia Andri.

Aulia kemudian mendesak agar Pemko Medan dan Polresta Medan bisa segera turun tangan untuk mencari jalan keluar terhadap konflik yang menjurus kearah SARA.

"Jadi ini sebenarnya serius. Ada yang ingin ambil proyek keamanan dan kebersihan di komplek ini, tapi pakai jurus pecah belah dan adu domba antar warga berbeda agama," kata Aulia Andri. ***