JAKARTA- Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Lebih baik mengejar ketinggalan daripada kehilangan kesempatan bersaing. Itulah spirit baru yang tengah digalang kuat oleh Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman, saat diinterview wartawan Minggu (29/5) lalu.

"Kami punya Bono, muara sungai yang berombak besar dan menjadi atraksi surfing sungai terbaik di dunia," kata Arsyadjuliandi.

Ada lima ombak yang terbentuk dari pertempuran antara arus laut dan sungai di muara seperti ini di muka bumi. Dan Bono adalah yang terbaik, dan sudah menelorkan rekor dunia surfing sepanjang 42 kilometer oleh surfer mania dari Australia. "Dari sinilah kami akan mengembangkan pariwisata," ungkap gubernur.

Pariwisata Riau, kata dia, ingin mengudara ke kancah global. Dia sudah menyiapkan lahan seluas 600 hektar untuk dijadikan kawasan pariwisata yang akan disulap seperti BTDC (Bali Tourism Development Corporation) Nusa Dua di Bali.

Kawasan wisata itu nantinya bakal dibangun di Kabupaten Pelalawan. Tak jauh dari Sungai Kampar yang terkenal dengan ombak Bono, sebuah, keajaiban alam yang sudah terbukti mampu menghasilkan devisa bagi negara. Pemilihan lokasi ini dirasa sangat pas mengingat Bono yang terkenal dengan gelombang seven ghost itu hanya bisa dinikmati di lima tempat di dunia. Banyak turis domestik dan mancanegara yang sudah berdecak kagum terhadap objek ini. Bahkan pemecahan rekor Guiness Book of Records sudah sering dilakukan di kawasan ini.

“Sudah ada tempat 600 hektar disiapkan untuk pengembangan kawasan wisata. Itu sudah lama disiapkan Kawasan Kabupaten Pelalawan dipilin karena destinasinya sudah berkelas dunia,” kata Gubernur Riau, Arsyadjuliandi.

Dia mengaku tertarik untuk berbuat banyak di pariwisata setelah mendengar langsung paparan Menpar Arief Yahya di Padang, Sumatera Barat, belum lama. Dia mengaku akan fokus mengembangkan kawasan Pelalawan menjadi destinasi unggulan. Maklum, fenomena Bono ini sangat unik, menarik dan atraktif.

Tinggi Gelombang Bono yang bisa mencapai 6 meter dengan kecepatan mencapai 40 km/jam, membuat banyak surfer dunia tertantang untuk berselancar di atasnya. Nama-nama beken seperti Tom Curren - juara dunia surfing empat kali, Bruno Santos - juara dunia Asia Pasifik 2006 dan 2010, Tyler Larrond – jawara Junior World Champ ISA, Dean Brady – kapten tim surfing Australia dan Oney Anwar – kapten tim surfing India, pernah beberapa kali mencoba memecahkan rekor dunia surfing di Pelalawan.

“Nama Bono juga keren. Singkat, padat dan mudah dihafal. Wisawatan asing jadi tidak kesulitan menyebutnya, sehingga namanya menjadi trend,” lontarnya.

Selain Bono, Riau juga sudah menyiapkan lima agenda unggulan lainnya. Ada Bakar Tongkang di Rokan Hilir yang siap digelar 20-21 Juni 2016, Pacu Jalur di Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi pada 24-28 Agustus 2016. Selain itu, Tour de Siak di Siak Sri Indrapura pada 21-25 September 2016, Ritual Gema Muharram di Indragiri Hilir pada 1-2 Oktober 2016, dan Riau Marathon di Kota Pekanbaru pada 11 Desember 2016.

“Selama ini tingkat kunjungan wisman ke Riau baru mencapai 50.000 wisman. Dengan beragam agenda unggulan tadi, saya yakin jumlah kunjungan wisman bisa ditingkatkan hingga 100.000 wisman, dengan penghasilan devisa Rp 1 trilun,” tambah Arsyadjuliandi.

Menpar Arief Yahya mengapresiasi spirit Gubernur Arsyadjuliandi Rachman itu. Dia menegaskan bahwa oil and gas atau minyak bumi dan gas alam itu semakin menyusut produksinya, juga semakin hancur harga di pasar internasional. Era ke depan adalah era pariwisata, dengan prinsip eco tourism. "Jadi sudah benar kalau Riau mulai switch ke sektor pariwisata," ungkap Arief Yahya.

CPO atau crude palm oil, minyak kelapa sawit juga cenderung menurun devisa yang dihasilkan. Belum lagi menghadapi isu lingkungan yang terus memusingkan kepala pemerintah Indonesia, seperti asap yang mempengaruhi penerbangan sampai ke Singapore. Artinya, yang sudah dijalankan, ya silakan dijalankan dengan baik. Tetapi yang masih asri, biarlah itu dijaga kelestariannya. "Karena dalam pariwisata berlaku hukum: semakin dilestarikan semakin mensejahterakan," ungkap Arief Yahya.

Seorang CEO, atau gubernur dan bupati/walikota, kata Arief Yahya, adalah penentu arah dan kebijakan daerah. Mereka yang memegang kunci, mau ke mana daerah itu dibangun. Jika salah menggunakan anggaran dan mengalokasikan sumbet daya manusia, dampaknya akan panjang di generasi mendatang. "Pariwisata lebih menjamin masa depan negeri ini, dan menjaga menjadi penghasil oksigen terbesar," ungkapnya. (*/dnl)