JAKARTA- Mengaku prihatin dengan maraknya tindak asusila dikalangan pemuda, serta maraknya pemberitaan media soal perkosaan, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi mengaku gerah.

Dirinya pun berencana akan membuat gerakan khusus terkait dengan rusaknya moral para pemuda. "Saya prihatin dengan banyaknya kasus asusila. Tindakan asusila ini juga menjadi ancaman yang harus bisa ditanggulangi oleh generasi muda," ungkap Menpora kepada GoNews Group, Jumat (20/05/2016) di Jakarta.

Menurut Imam, saat ini ada yang salah dengan mental psikologis masyarakat khusunya kaum muda. Apalagi kata dia, yang menjadi korban adalah para pemudi, dan calon-calon penerus bangsa ini ke depan. "Ini menjadi concern kami, yang memiliki sentuhan langsung dengan kepemudaan, dulu kejadian ini jarang terjadi. Makanya saat ini perlu ada gerakan khusus, untuk menanggulangi, atau minimal menekan kebobrokan mental anak-anak dan calon pemuda penerus bangsa ini," tukasnya.

Lanjut Imam, dirinya juga berkeinginan untuk menggerakkan pemuda di daerah menjadi anggota Garda Mental. 2-3 pemuda di desa, yang nantinya akanĀ menanamkan kekuatan mental psikologis.

"Jaman dulu, sedikit yang begini karena karakter masyarakat kita takut, kalau sudah mengetahui hukumannya yang berat, bahkan ada wacana dikebiri, saya yakin mereka yang akan melakukan asusila akan pikir-pikir, dan tak mudah," ujarnya.

Jadi menurut Imam Nahrawi, Garda Mental ini nantinya akan turun ke masyarakat gun mensosialisasikan ancaman hukuman, efek domino bagi pelaku, keluarga pelaku, termasuk mendukung rencana UU kebiri pelaku pelecehan seksual. "Bukan hanya sosialisasi, tapi ada kampanye dari Garda mental, ke sekolah-sekolah serta ke masyarakat umum," jelasnya.

Revolusi mental yang menjadi fokus Presiden Jokowi kata Imam, harus bisa dijalankan, dari unsur terbawah di masyarakat.

"Karena mental bangsa ini benar-benar diserang, dan Garda Mental harus bisa membentenginya. Dengan memaksimalkan pemuda dari desa tersebut, efektifitas kampanye dan sosialisasi atas hukuman asusila diharapkan lebih mengena. Karena kedekatan budaya dan warga setempat biasanya lebih didengar daripada sosialisi via media massa," pungkasnya. ***