BALI - Menpar Arief Yahya yakin ITDC - Indonesia Tourism Development Corporation Nusa Dua Bali bisa mempercepat pencapaian target kunjungan wisman 20 juta di 2019. Kawasan khusus pariwisata seluas 350 hektare yang didalamnya ada 18 hotel 5 bintang itu memiliki convention dengan fasilitas paling lengkap di tanah air.

"Saya yakin Nusa Dua bisa lebih gigih dan giat mencari peluang MICE, meetings, incentives, conferences, exhibitions," harap Arief Yanya, Menteri Pariwisata RI, yang makin intens memikirkan destinasi Bali itu.

Seperti diketahui, ada banyak hotel chain bertaraf internasional di Nusa Dua. Ada Westin, Sofitel, Club Med, Mercure, JW Marriot, Intercontinental, dan lainnya. Tetapi volume MICE nya belum optimal, dibandingkan potensinya sebagai kelengkapan fasilitasnya dinIndonssja. "Kemenpar sudah menyiapkan budget sekitar USD 10 juta untuk memenangkan bidding berbagai MICE international," sebut Arief Yahya yang disampaikan di hadapan direksi ITDC itu.

Bidding adalah permohonan resmi untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan konvensi atau MICE Internasional. Kehadiran negara sangat penting untuk menjadi syarat memenangkan bidding. Penawaran diwujudkan dalam suatu bentuk dokumen bidding, semacam proposal yang isinya siap, bersedia dan sanggup menyelenggarakan konvensi itu. Pemetintah bisa mensuport dalam bentuk welcome dinner, tourism pacage, dan lainnya.

Mengapa MICE itu penting? "MICE adalah bagian dari manmade tourism, yang saat ini komposisinya masih 5%. Cultural adalah proporti paling besar dengan 60% dan Nature 35%, alasan wisman datang ke tanah air," jelas Arief. MICE akan secara sustematis menghadirkan orang ke Indonesia.

Menpar meminta managemen BUMN itu makin rajin mengikuti bidding, agar fasilitas convention yang ada di Nusa Dua makin optimal. Jika perlu memanfaatkan jasa konsultan yang sudah malang melintang mengurus MICE. Dirut ITDC Abdulbar Mansoer menyanggupi permintaan Arief Yahya yang mantan Dirut PT Telkom itu.

Bahkan Barry, sapaan Abdulbar Mansoer, sempat mengajak Arief Yahya keliling kompleks Nusa Dua untuk mengoptimalkan potensi yang masih ada.

"Kompleks Nusa Dua ini masih ada dua kawasan yang bisa dimanfaatkan. Pertama di kantor pemasarannya ITDC sendiri, yang lebih peoduktif jika disewakan ke pihak lain, dan memang sudah ada hotel yang berminat. Kedua, The Peninsulla, sebuah pulau yang menjorok ke pantai yang selama ini lebih banyak dipakai untuk ruang terbuka hijau, ruang publik, untuk olahraga dan jalan-jalan," kata Barry.

The Peninsulla itu sebenarnya dulunya pulau, tapi sudah menyambung dengan Bali. Nusa Dua itu artinya Dua Pulau, satu pulau jika air pasang masih asli dan menjadi tempat peribadatan. Satu lagi, yang jaraknya hanya sekitar 500 meter adalah The Peninsulla itu.

"Kami juga akan optimalkan dengan kegiatan pameran out door, ekshibisi produk-produk luxury, show biz, yang pas untuk market Nusa Dua," ungkap Barry untuk mensuport kegiatan kepariwisataan.

Barry juga sudah berkoordinasi dengan Budi Tirtawisata, Ketua INACEB, asosiasi yang mengurus MICE seperti yang diminta Menpar Arief Yahya. "Kami segera gabung menjadi anggota INACEB agar bisa ikut bidding events internasional. Kami yakin bisa berperan untuk kepentingan pariwisata," jelasnya.

ITDC adalah manajemen kawasan yang juga dipercaya menggarap Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Mandalika Lombok Selatan, NTB. Diharapkan, network yang sudah dibangun di Bali bisa diboyong ke Mandalika dengan market wisata halal atau halal tourism.

"Lombok harus cepat berkembang sebagai destinasi halal. Luasan Mandalika itu 1.175 hektar, tiga kalinya Nusa Dua. Pantainya juga indah, pasir putih, view nya istimewa, dekat dengan Bandara Lombok Internasional di Praya. Sangat strategis untuk dikembangkan cepat," kata Menpar Arief Yahya. (*/dnl)