PEKANBARU - Seorang warga Desa Kota Bangun, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau bernama Santoso (45), tewas usai dihakimi massa yang ditaksir berjumlah sekitar 300 orang. Ia meregang nyawa tepat di rumahnya, Sabtu (14/5/2016) tengah malam tadi. Nyawa pria pengangguran itu tak tertolong usai babak belur dihajar ratusan massa. Warga yang geram mendatangi Santoso di rumahnya. Di sana ia terlibat cekcok dan menantang mereka. Sikap ini yang menimbulkan kemarahan massa dan ia pun harus menerima tendangan dan pukulan sampai tewas.

Kekesalan itu dipicu karena Santoso menganiaya dua pelajar, warga Desa Koto Bangun berinisial RK (17) dan RA (17). Keduanya dipukuli oleh Santoso di lapangan bola desa tersebut dan kemudian dibawa ke kedai Tuak milik Tinambunan yang berada di jalur III desa Kota Bangun. Di sana Santoso kembali menggimbal EK dan RA.

mengetahui anak mereka dilibas, keluarga dua remaja ini sontak tak terima. Bersama warga lainnya mereka lalu mendatangi rumah Santoso. Sebab lainnya, warga menilai ia sudah sewenang-wenang dan kerap bikin onar di kampung. Bukannya gentar, Santoso malah menunggu ratusan warga di depan rumah.

Cekcok pun tak terhindarkan. Beberapa saat kemudian Santoso masuk kedalam rumahnya sambil berkata "kalau ada yang berani masuk akan saya tembak". Mendengar ini, emosi warga pun tak terbendung. entah siapa yang memberi komando, ratusan orang itu masuk ke dalam, namun Santoso tidak ditemukan.

Warga pun mencarinya, dan ternyata yang bersangkutan tengah bersembunyi di atas plafon. Dia pun dipaksa turun dan sempat terjatuh dari atas. Massa yang kepalang geram spontan mengeroyok dia hingga kritis dan akhirnya meregang nyawa di lokasi.

Mengetahui Santoso sudah tewas, warga pun membubarkan diri dan meninggalkannya tergeletak di dalam dirumah. Polisi yang terlambat mengetahui kejadian itu segera membawa ia ke Puskesmas Tapung Hilir, namun Santoso sudah meninggal dunia. Terkait ini, keluarga korban menolak dilakukan otopsi.

Kabid Humas Polda Riau, AKBP Guntur Aryo Tejo yang dikonfirmasi, Minggu (15/5/2016), membenarkan kejadian ini. "Kita telah melakukan olah TKP, memintakan visum korban dan mendata saksi saksi terkait kejadian ini. Kita masih melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut," singkatnya. ***