PADANG - Setiba di rumah di Padang, banyak keluarga, karib kerabat dan handai taulan yang menunggu kedatangan Wendi. Mereka saling merangkul begitu melihat Wendi. Hampir seluruh yang ada di rumah itu meneteskan air mata.

Wendi mengaku senang setelah bertemu keluarganya. Meski telah pernah menjadi sandera, bukan berarti Wendi trauma untuk melaut. “Setelah ini akan kembali melaut,” sebutnya sesampai di Padang, Selasa (4/5/2016).

Wendi juga mengatakan jika dirinya selama disandera tidak mendapatkan tekanan fisik maupun mental. Selama disandera, dirinya tidak melakukan aktivitas apapun. Meski dalam berkomunikasi dibatasi, namun dirinya bersama sandera lain tidak diintervensi oleh penyandera.

Wendi merupakan koki di kapal Brahma 12. Saat disandera, dirinya bersama tawanan lain dijaga oleh 10 orang bersenjata lengkap. Mereka terus bergerak berpindah-pindah di hutan di kepulauan Sulu, Filipina. Komunikasi dengan penyandera dilakukan dengan bahasa Filipina terbata-bata. Para WNI ini kemanapun selalu dikawal, termasuk apabila ingin buang air.

Walikota Padang, H. Mahyeldi Dt Marajo menyebut bahwa kedua orangtua Wendi selalu melakukan shalat tahajud dan berdoa setiap malam. Begitu juga seluruh warga yang ikut mendoakan Wendi agar lekas dibebaskan. “Semua ini berkat doa dan harapan orangtua sendiri serta semua warga,” ungkap Mahyeldi.

Walikota meyakinkan bahwa doa dan harapan orangtua itu makbul dan diijabah Allah SWT. Mahyeldi berharap, dengan kejadian ini akan menjadi bahagian untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Walikota juga sempat menanyakan kepada Wendi tentang kondisi saat disandera. Wendi menyebut bahwa saat disandera dirinya terus bisa melaksanakan ibadah dan berdoa.

“Inilah kelebihan orang Minang, nilai agama terus kita bawa dan melekat ke dalam diri. Hal inilah yang menolong kita semua,” ungkap Mahyeldi. (***)