BATANG, JATENG- Sepak terjang mantan anggota TNI yang pensiun dengan pangkat terakhir mayor bernama Yoyok Riyo Sudibyo sedang menjadi sorotan publik, bahkan aksinya juga acap kali dianggap "gila".

Ya, Yoyok adalah mantan TNI yang kini menjadi Bupati Batang, Jawa Tengah. Saat itu Yoyok mencalonkan diri dari jalur independen sebagai Bupati Batang pada tahun 2012. Sejak kepimpinan Yoyok, Batang seakan berubah 180 derajat.

Dan masih lengket diingatan kita semua, dimana Bupati yang berperawakan kurus ini membuat gebrakan yang dinilai benar-benar gila dan tidak masuk akal. Dimana Yoyok menyelenggarakan festival yang tidak biasa, yakni transparansi anggaran dari semua Dinas dan Kecamatan yang ada di Batang.

Ide festival anggaran ini menurut cerita Yoyok kepada GoNews Group pada Senin (02/05/2016) di Rumah Dinasnya, bukanya tanpa halangan dan hambatan. Bahkan dirinya juga mengaku mendapat teror dari pihak-pihak yang tidak setuju dengan idenya tersebut. "Setiap perjuangan pasti ada hambatan dan halanganya mas, kalau soal teror wah jangan ditanya lagi, banyak deh pokoknya. Tapi alhamdulillah berkat kerjasama yang baik dengan semua instansi, akhirnya jalan juga. Ya pesen saya cuma satu, kalau mau serius membangun Kabupaten Batang, ya mulai dari yang atas sampai kebawah harus serius, jangan sampai saya sudah berusaha semampu saya, tapi yang dibawah tak mengikuti ya percuma," ungkap Bupati yang doyan Sego Megono ini.

Dibawah kepemimpinan Yoyok, Batang saat ini sudah menerapkan sistem penganggaran sama seperti di Jakarta dan Kota Surabaya. Kabupaten yang luasnya hanya 788,64 km persegi itu juga menerapkan lelang jabatan.

"Saat ini, Batang mempunyai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp1,2 triliun. Tentu saya harus menerapkan penghematan anggaran, Kabupaten saya ini miskin lho, kalau tak hemat bisa kacau dong," tukasnya.

Begitu pula soal penanggulangan korupsi, Yoyok pun menerapkan sistem "radikal". Bahkan hingga desa-desa di kabupaten yang dia pimpin menjadi kawasan bebas korupsi, dengan menerapkan pemilihan kepala desa yang "nol" politik uang.

Salah satunya contohnya adalah pemilihan kepala desa yang belum lama ini di Kecamatan Wonotunggal tepatnya di Desa yang sempat GoNews Group kunjungi, yakni Desa Gringging Sari. Dimana instruksi sang Bupati Yoyok benar-benar diterapkan, para calon tidak mengeluarkan uang atau sumbangan sembako ke warga dalam pilkades tersebut.

"Desa ini kan sumber awal dari berdirinya sebuah Kabupaten. Maka saya pikir semua harus dimulai dari desa-desa, lalu kecamatan. Nah kalau dari bawah sudah menerapkan hal yang saya anjurkan, insya allah di Tingkat Kabupaten sudah tidak sulit lagi," ucapnya.

Ketika ditanya terisnpirasi dari mana ide-idenya, Yoyok mengaku idenya timbul karena situasi yang memaknya. "Saya baru merasakan menjadi bupati ya baru sekitar tahun 2015, karena tahun 2012, 2013 dan 2014, saya belum merasakan jadi bupati, masih gagap. Setelah saya pelajari dan melihat situasi Kabupaten yang saya pimpin itulah lama-lama saya merasa harus mempertanggungjawabkan dana dari pemerintah pusat Rp1,2 triliun sekian, sementara saya tidak mempunyai pengalaman apa pun, makanya saya memiliki ide spontan yang tentunya tidak semua orang suka, tapi saya tetap nekad saja, karena dalam pikiran saya adalah, bagaimana merubah Kabupaten kecil ini menjadi lebih baik," pungkasnya. ***