ACEH SELATAN - Di jantung ibukota Kabupaten Aceh Selatan, terdapat sebuah desa pedalaman yang hanya berjarak sekitar 15 kilometer dari pusat kota Tapaktuan. Kendati pun jarak desa mungil ini tidak terlalu jauh dari keramaian, namun 600 jiwa penduduk belum menikmati kemudahan komunikasi seluler.

Desa tersebut adalah Gampong Panton Luas, Kecamatan Tapaktuan. Masyarakat di gampong ini belum bisa menikmati kemajuan teknologi komunikasi melalui perangkat handphone layaknya warga lain. Kondisi ini memantik keluhan serta membuat penduduk kecewa.

Untuk bisa berkomunikasi lewat udara, sebagian warga harus mencari ketinggian atau tempat tertentu yang bisa diakses signal seluler. Itu pun frekwensi signal acap terputus karena tidak stabil.

“Jika mau berkomunikasi dengan handphone kami harus ke Balai Pemuda. Di sana tempatnya tinggi dan terdapat sedikit signal. Namun ini juga tidak efektif, masak kalau ngomong bersifat rahasia harus didengar orang lain. Beberapa tahun yang lalu warga desa ini pernah memasang penguat signal, namun tidak berlangsung lama, alat itu tidak dapat difungsikan lagi alias error,” ucap Eva, salah satu warga pada GoAceh.co, Minggu sore (17/4/2016).

Ironisnya, ada sejumlah warga harus menggantungkan ponselnya di pohon kayu yang tinggi untuk dapat signal. Saat ponsel berdering, si pemilik cepat-cepat memanjat pohon untuk berkomunikasi dengan si penelpon.

“Seperti inilah gambaran kehidupan kami. Kalau mau berkomunikasi dengan lancar, terpaksa harus ke Tapaktuan, walaupun sudah larut malam. Saat-saat penting, tidak ada inisiatif lain kecuali berangkat ke ibukota. Bagi yang tidak memiliki kenderaan bermotor, mau tidak mau harus membuang malu untuk meminjam punya tetangga,” tambah ibu Erna. (rad)