DUMAI - Adanya temuan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dipergunakan oleh masyarakat Kota Dumai, Riau, di Kecamatan Sungai Sembilan, ternyata sudah diketahui oleh Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Dumai. Informasi yang dirangkum GoRiau.com, masyarakat yang sudah mengetahui itu merupakan limbah B3, tetap digunakan sebagai tanah timbun (spent bleaching earth, fly ash dan bottom ash) dan bahan pembuatan batako pres. Masyarakat sendiri tidak mengetahui apa dampaknya menggunakan limbah tersebut.

Dimana sewaktu hari panas, spent bleaching earth akan mengeluarkan minyak dan mempengaruhi lingkungan sekitar. Dalam kondisi hujan, minyak yang keluar dari spent bleaching earth meresap ke dalam sumber air dangkal, sehingga sumur bor akan berbau dan berminyak.

Hal itu diakui oleh Kepala Kantor (Kakan) Lingkungan Hidup Kota Dumai, Bambang Surianto saat ditemui GoRiau.com, Rabu (13/4/2016) di kantornya. Dimana pihaknya sedang melakukan penyelidikan atas digunakannya limbah B3 oleh masyarakat Kota Dumai.

"Kita memang sudah mengetahuinya. Namun masih kita selidiki terlebih dahulu. Perusahaan mana yang memberikan begitu saja ke masyarakat, untuk digunakan sebagai tanah timbun. Karena dampak limbah B3 tersebut dalam jangka waktu yang panjang, saat memang tidak terasa," ujarnya.

Ia menjelaskan, spent bleaching earth merupakan limbah B3 kategori 2. Dimana seharusnya, limbah B3 terlebih dahulu diolah menggunakan alat khusus. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, seharusnya perusahaan cpo di Dumai harus dapat mengkelola limbah B3 dengan baik dan sesuai aturan.

"Ada 10 perusahaan di Dumai yang mengkelola Crude Palm Oil (CPO). Dimana dalam sehari limbah B3 jenis spent bleaching earth, fly ash dan bottom ash, dihasilkan oleh perusahaan sebanyak 30 ton sampai 40 ton," ulasnya.

Ia juga mengatakan, Kota Dumai belum memiliki alat khusus untuk mengkelola limba B3, agar bisa digunakan oleh masyarakat. Dimana alat tersebut, digunakan untuk mengurangi kandungan minyak didalam spent bleaching earth dari 20 persen, menjadi 1 persen sampai 5 persen.

"Alangkah baiknya, jika menjadi 0,1 persen kandungan minyaknya. Sehingga spent bleaching earth bisa digunakan oleh masyarakat sebagai bahan baku batako pres dan tanah timbun," tutupnya menjelaskan kepada GoRiau.com. ***