JAKARTA- Wakil Ketua Badan Pengkajian MPR RI, TB Soemandjaya didaulat menjadi pembuka bicara dalam bedah buku bersama Wakil Rakyat di Perpustakaan MPR yang membahas Buku karya Eks Ketua MPR Periode sebelumnya, Marzuki Alie yang berjudul Penguatan Kelembagaan Wujud Pengabdian.

Hadir sebagai pembahas dalam acara ini adalah Ketua DPR RI Ade Komaruddin, Anggota DPR Viva Yoga dan sejumlah pejabat Pemerintahan, pustakawan dan 200 mahasiswa dari Perguruan Tinggi Bhayangkara dan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan.

Dalam Kesempatan itu Ade Komarudin menyinggung adanya Keberadaan Perpustakaan MPR, DPR dan DPD yang terpisah. "Ketiga perpustakaan itu, sepatutnya cukup satu saja dan harus dikelola oleh orang yang berkompeten seperti yang saya rasakan dalam acara bicara buku ini," ungkap Ade Komarudin, Kamis (17/03/2016).

Menurutnya, Kepala Perpustakaan MPR harus secara sungguh sungguh mengenali fungsi perpustakaan masa kini, khusunya bagi parlemen dan khalayak. "Karena itu kita tidak akan kesulitan mencari pengelola Perpustakaan yang akan disatukan tersebut," tukasnya.

Pada bagian lain Ade Komarudin mengakui bahwa fungsi partai politik (parpol) sebagai pilar demokrasi sampai sejauh ini belum maksimal. Karenan itu, dirinya memaklumi jika saat ini ada sejumlah pihak yang melakukan upaya deparpolisasi atau meniadakan peran parpol.

“Saya tidak marah kalau ada orang melakukan deparpolisasi,” kata Ade

Menurutnya, deparpolisasi tidak bisa disalahkan ke orang yang menggiring opini itu. Justru parpol sendiri yang harus instropeksi soal rekrutmen, kedisiplinan termasuk soal politik uang.

Dalam kesempatan itu, Akom sapaan akrab Ade Komarudin, menilai ketika Marzuki Alie memimpin DPR sebagai suatu Vini Vidi Vici, artinya ‘dia datang, bertanding dan menang’. “Karena dia mencalonkan diri sebagai anggota Dewan, kemudian menang dan menjadi Ketua DPR,” tambahnya lagi.

Namun Akom juga merasa salut dan bangga atas prestasi yang ditorehkan oleh Marzuki dalam karir politiknya. Bahkan kehebatannya (Marzuki) itu saat ini dituangkan kedalam sebuah buku, dimana hal ini patut untuk dicontoh dan dipelajari semua orang yang ingin menjadi politisi.

“Sekali lagi saya menyambut baik kehadiran buku ini, penguatan kelembagaan adalah legacy pak Marzuki Alie dan legacy ini tentu harus diteruskan oleh penerusnya. Saya sangat kagum bahwa pemimpin kita dapat mewariskan pemikiran yang dialaminya. Saya boleh merasa iri, dan akan mencontoh sikap beliau ini kemudian hari,” ucap Akom sudah menjadi anggota DPR selama lima periode ini. ***