JAKARTA- Bali adalah icon pariwisata Indonesia. Itu fakta yang tidak terbantahkan, karena 40% wisman masuk melalui gerbang pintu Pulau Dewata. Karena itulah Menpar Arief Yahya selalu menggunakan icon "Bali" untuk menyebut 10 destinasi prioritas itu dengan istilah "10 Bali Baru".

"Bali adalah destinasi yang sudah punya pamor di peta pariwisata dunia," ungkap Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya, Kamis (25/02/2016) di Jakarta.

Lalau banyak orang bertanya, apakah 10 titik tujuan wisata baru akan dibuat mirip Bali? "Ya tidaklah," jawab Menpar. Karena mnurutnya, masing-masing sudah punya karakter sendiri. "Tiap daerah punya kombinasi alam dan budaya tersendiri. Justru diversity itulah yang membuat kita kaya atraksi, kaya budaya, kaya tradisi, tiap daerah dieksplorasi uniqueness-nya," jawabnya lagi.

Istilah 10 Bali baru itu lebih untuk memberi tekanan, agar performance masing-masing daerah itu seperti Bali, yang setahun 4 juta wisman. Dari tahun ke tahun naik signifikan. Tourism menjadi leading sector, semua support pembangunan pariwisata.

"Jika itu terjadi, Indonesia akan menjadi tujuan wisata yang tak ada habis-habisnya. Semua kota menyenangkan, penuh atraksi, mudah aksesibilitas dan lengkap amenitasnya," tukas Arief Yahya.

Istilah "Bali-Bali Baru" adalah kata dengan makna konotatif. Bukan makna yang sesungguhnya, atau orang biasa menyebut makna kiasan. Tetapi lebih ke performansi kunjungan wisman wisnus. "Bahasa jelasnya, kami ingin target kunjungan besar, seperti Bali itu, pulau yang angka inbound nya paling besar di Indonesia. Saya ingin 10 destinasi itu besar-besar semua seperti Bali! Coba bayangkan kalau semua itu 4 juta semua? Apa tidak makmur negeri kita ini," kata Mantan Dirut PT Telkom ini.

Jadi tidak menjadikan 10 destinasi itu menjadi Bali?. Menpar pun tertawa. "Haha.. Yang seperti Bali itu, jumlah wismannya, nilai devisanya, kreativitasnya, hospitalitynya, pertumbuhan ekonominya," jawabnya sambil berkelekar.

Iapun menjelaskan, soal atraksi, menurutnya harus mengikuti akar budaya masyarakatnya. "Dan itu tidak mungkin disamakan dengan Bali, masing-masing punya keistimewaan," jelasnya.

Contohnya menurut Menpar, Mandalika Lombok. Di sana lebih bernuansa halal tourism, karena brand Lombok sudah tercipta sebagai world best halal destination. Di Belitung lain lagi, begitupun lokasi 10 prioritas yang sering disebut "Bali-Bali" baru itu.

Tapi apa mungkin, menciptakan ekosistem pariwisata baru seperti Bali, dalam waktu cepat? Bali menjadi seperti sekarang ini butuh ratusan tahun?. "Kalau Pak Presiden Jokowi sudah memberi arah ke sana, tidak ada pilihan lain kecuali "bisa" dan "sangat bisa." Semua progres, semua running. Lima titik akan direvitalisasi, tiga titik Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata, dua titik pendatang baru," tegas Menpar.

10 Destinasi Prioritas itu adalah Toba Sumatera Utara, Tanjung Kelayang Belitung, Tanjung Lesung Banten, Pulau Seribu Jakarta, Borobudur Jateng, Bromo Jatim, Mandalika Lombok, Labuan Bajo Komodo, Wakatobi Sultra dan Morotai Maltara. (*/dnl)