TEMBILAHAN- Nusantara (10), harus berhenti dari sekolah karena tidak mampu membeli seragam dan perlengkapan sekolah lainnya. Orangtuanya tidak bisa berbuat banyak, karena hidup mereka yang pas-pasan memaksa mereka membiarkan anak bungsunya itu menghabiskan waktu sehari-hari hanya bermain di rumah.

Hingga tiga tahun lamanya, saat Nusantara bermain di sekitar rumahnya yang berada di di Gang H Syarif, Jalan Ahmad Yani, Parit 10 Tembilahan Hulu, ia bertemu dengan seorang ibu-ibu.

Karena prihatin dengan kondisi bocah tersebut, Ibu itu pun memposting sebuah tulisan di akun facebooknya dan mengatakan bahwa seorang anak sangat ingin bersekolah namun tidak mampu karena tidak memiliki biaya.

Karena postingan itu, salah seorang Kepala Sekolah di Tembilahan pun tergerak untuk mendatangi rumah Nusantara, dan mengajaknya untuk bersekolah di SD yang dipimpinnya, yaitu SDN 008 Tembilahan Hulu.

''Saya awalnya melihat postingan ibu itu di grup facebook 100.000 dukungan tuntutan perbaikan Pemda Inhil, karena itu saya datangi langsung rumah Nusantara,'' jelas M Fadli, Kepala SDN 008 Tembilahan Hulu menceritakan kepada GoRiau.com, Rabu (9/12/2015).

Setelah datang langsung ke rumah Nusantara, ia mengetahui, bahwa Nusantara sebelumnya sempat bersekolah dan duduk di kelas 1 SD di Kota Batam, Kepulauan Riau.

Namun saat kedua orangtuanya pindah ke Tembilahan, ia tidak bisa melanjutkan sekolah bocah kecil tersebut.

''Orangtuanya kerja serabutan, ayahnya hanya tukang becak. Ketika saya temui dan ajak Nusantara sekolah, dia senang sekali dan langsung menyetujui,'' jelas Fadli.

Fadli menjelaskan, ia menjumpai Nusantara dan mengajaknya untuk kembali bersekolah pada Senin (7/12/2015), dan esok harinya, Selasa (8/12/2015), Nusantara sudah bersekolah dan belajar bersama siswa lainnya di SDN 008 Tembilahan.

''Karena usianya sudah hampir 10 tahun, saya masukan dia ke kelas 3,'' tambahnya.

Untuk biaya sekolah, baik itu baju, tas, sepatu, dan buku, dikatakan Fadli semuanya disediakan oleh sekolah, sehingga orangtua Nusantara tidak perlu lagi mengkhawatirkan soal biaya.

''Kita kan punya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dalam Juknis dana BOS ada diperuntukkan bantuan bagi siswa miskin, jadi kita gunakan itu,'' tuturnya.

Hingga kini, dikatakan Fadli sudah 3 orang siswa putus sekolah yang ia masukan di sekolah yang dipimpinnya, dan ia akan terus mencari anak-anak usia sekolah yang putus sekolah karena tidak memiliki biaya.

''Sekolah kami selalu terbuka untuk anak-anak tak mampu,'' tukas Fadli.***