TEBINGTINGGI - Secara geografis Kota Tebingtinggi termasuk daerah defisit pangan, dari 149.065 jiwa penduduk Tebingtinggi membutuhkan 16.099 ton beras per tahun sedangkan produksi beras hanya 1.756 ton per tahun. Untuk menutupi defisit beras 14.343 ton per tahun tersebut terpaksa suplai beras didatangkan dari luar daerah. Hal itu disampaikan Walikota Tebingtinggi H Umar Zunaidi Hasibuan dalam rapat koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Kota Tebingtinggi, Selasa (1/12) di gedung Hj Sawiyah Jalan Sutomo kota setempat.

"Kondisi tersebut tidak boleh membuat kita terlena meskipun pasokan beras tidak pernah mengalami hambatan. Untuk itu diperlukan perumusan kebijakan mendasar, di antaranya menyangkut penerapan pola konsumsi pangan untuk mengurangi konsumsi beras," jelas Umar.

Program diversifikasi atau penganekaragaman konsumsi pangan kata dia, harus diutamakan pada sumber bahan pangan lokal. Hal yang mendasar harus dilakukan merubah paradigma, pola kebiasaan dan anggapan bahwa karbohidrat hanya bersumber dari beras saja.

"Kita harus berupaya menggali dan mengolah bahan pangan lokal menjadi bahan pangan pokok yang setara dengan beras. Manfaatkanlah lahan pekarangan dengan ditanami berbagai jenis tanaman pangan seperti umbi-umbian, biji-bijian maupun sayur-sayuran," jelasnya.

Apabila mempunyai lahan yang cukup kata dia, dapat beternak atau membudidayakan ikan. Apalagi saat ini membuat kolam dapat menggunakan plastik tebal, tidak lagi dengan menggali tanah dan hasilnya juga cukup baik

Sebelumnya, Kepala Kantor Ketahanan Pangan Tebingtinggi Azhar dalam laporannya menyampaikan, dalam rakor tersebut dibahas diantaranya ketersediaan, distribusi dan aksebilitas pangan serta konsumsi, mutu dan keamanan bahan pangan strategis di Provsu, perkembangan program padi, jagung, kedelai (pajele) di Kota Tebingtinggi. ***