MOSKOW - Cristiano Ronaldo membuang kemenangan Portugal saat berlaga melawan Iran di partai terakhir babak penyisihan Grup Piala Dunia 2018, di Moskow.

Pada laga tersebut Ronaldo gagal mengeksekusi tendangan penalti. Sebab, tendangannya berhasil ditepis kiper Iran, Alireza Beiranvand.

Dikutip dari tribunnews.com, tak banyak yang tahu, ternyata kisah hidup sang kiper Iran itu cukup mengharukan.

Berangkat dari bukan siapa-siapa, kini menjadi kiper yang menggagalkan tendangan pemain terbaik dunia.

Ya, Alireza Beiranvand ternyata dulunya tunawisma alias gelandangan.

Dilansir The Guardian 26 Juni 2018, Alireza sudah jadi anak broken home sejak usia 12 tahun.

Ia berasal dari keluarga miskin yang berpindah-pindah tempat tinggal di Sarabias, Lorestan.

Dari kecil, Alireza sudah diajarkan untuk hidup mandiri. Pekerjaannya adalah menggembala domba.

Usia 12 tahun, Beiranvand mulai berlatih di sebuah SSB (sekolah sepak bola) lokal. Mulanya, Beiranvand adalah seorang penyerang yang cukup baik.

Tapi, saat kiper tim cedera Beiranvand menggantikan, dan ia justru tampil lebih baik dari kiper utama.

Kecintaan Beiranvand kandas, setelah sang ayah melarangnya bermain bola. Sang ayah ingin anaknya fokus bekerja, membantu ekonomi keluarga.

''Ayah bahkan menyobek kaus sepak bola dan sarung tangan kiperku. Aku sampai main jadi kiper tanpa sarung tangan,'' kenang Beiranvand.

Kecewa dengan sang ayah, Beiranvand kabur dari rumah. Ia minggat ke ibukota Iran, Teheran.

Ia pinjam uang secukupnya dari kerabat, lalu naik bus ke sana.

Di Teheran, Beiranvand bertemu dengan Hossein Feiz, seorang pelatih di tim lokal Teheran.

Feiz menawarkan Beiranvand kesempatan berlatih di timnya.

Tapi dia minta uang 'pendaftaran' yang mahal, sekitar Rp500 ribu.

Tentu saja, Beiranvand tak bisa menyanggupi permintaan ini.

Mulai kehabisan uang, Beiranvand kemudian tidur di jalanan.

Beiranvand bercerita, ia sebenarnya ditawari tidur di rumah seorang salesman. Tapi ia menolaknya, kemudian memilih berkemah di depan markas klub sepakbola Hossein Feiz.

''Aku tidur di depan pagar markas klub. Saat aku bangun, di sekitarku sudah banyak uang. Rupanya aku dikira pengemis oleh orang-orang yang lewat. Pada hari itu, aku akhirnya bisa makan enak,'' seloroh Beiranvand.

Melihat perjuangan Beiranvand, Hossein Feiz akhirnya tak sampai hati. Feiz mengizinkan Beiranvand berlatih.

Setiap hari, Beiranvand harus bekerja di perusahaan konveksi milik ayah dari teman berlatihnya di klub tersebut. Ia juga bekerja di tempat cuci mobil. Beiranvand ternyata sangat disukai sang pemilik usaha cuci mobil.

Berkat tubuhnya yang tinggi, ia kerap dimintai tolong mencuci mobil-mobil besar!

Nasib Berubah

Satu hari, legenda sepakbola Iran, Ali Daei datang ke cuci mobil tersebut. Beiranvand sangat terkesima.

Tahu kalau Beiranvand berambisi jadi pemain pro, teman-teman Beiranvand di tempat cuci mobil mendesak Beiranvand agar menyapa Daei.

Sayang, Beiranvand kecil nyali. Ia melewatkan kesempatan ngobrol bersama  sang pemain Bayern Muenchen itu.

Bakat Beiranvand kemudian terendus oleh tim bola lokal, Naft-e-Tehran. Beiranvand kemudian pindah ke sana. Di tempat ini, Beiranvand menumpang tidur di musala. Dia mengambil pekerjaan apapun, sebagai pengantar pizza, juga penyapu jalan.

Sinar Beiranvand semakin terang di klub Naft-e-Tehran. Ia dilirik masuk ke Timnas U-23 Iran. Dari sini, Beiranvand akhirnya menjadi penjaga gawang utama Timnas senior Iran.***