DUBAI - Otoritas kesehatan Uni Emirate Arab (UEA) telah mengumumkan empat orang positif terinfeksi virus corona di negara tersebut. Dikutip dari republika.co.id yang melansir dari kantor berita negara, WAM, yang mengutip laman Al Arabiya, Kementerian Kesehatan UEA mengatakan, keempat orang yang terinfeksi virus ganas itu merupakan satu keluarga yang berasal dari pusat kota Wuhan di China, tempat kasus pertama virus itu terdeteksi.

Empat orang sekeluarga itu kini berada dalam kondisi stabil dan di bawah pengawasan medis. Seorang pejabat kementerian kesehatan mengatakan, bahwa keempat warga China itu tiba di UAE pada 16 Januari lalu.

Asisten Wakil Menteri Kesehatan di Kementerian Kesehatan dan Pencegahan UEA, Hussein al-Rand mengatakan kepada The Associated Press bahwa tidak ada alasan untuk panik karena virus itu. Namun, dia mengakui pejabat Emirat langsung melacak pergerakan keluarga sejak mendarat.

''Kondisi mereka stabil, mereka terjaga, mereka semua menerima semua tindakan,'' kata al-Rand dikutip Al Arabiya, Kamis (30/1).

''Saya akan mengatakan kepada publik: Tolong, jangan panik. Kondisi kesehatan di Uni Emirat Arab aman,'' ujarnya menambahkan.

Wabah virus corona jenis baru (2019-nCoV) telah menewaskan 170 orang hingga Kamis (30/1). Secara global virus sudah membuat lebih dari 7.000 orang terinfeksi secara global meski kebanyakan kasus berada di China.

Oleh sebab merebaknya penyebaran di negara-negara lain, sejumlah negara memulai proses penyaringan di bandara untuk penerbangan yang datang dari China.  Gejala-gejala virus korona baru berkisar dari tanpa gejala sampai batuk, hingga akhirnya meninggal.

Sementara itu di Timur Tengah, Yordania juga melaporkan kasus pertama dari virus korona. Kekhawatiran yang meningkat akan virus di UEA telah menyebabkan kekurangan masker wajah. Sehingga para ahli telah memperingatkan kembali terhadap kepanikan.

''Pada titik ini, kecuali Anda berada di China, Anda jauh lebih berisiko terinfeksi influenza daripada virus baru ini,'' kata Joseph Eisenberg, ketua Departemen Epidemiologi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Michigan.***