TEHERAN - Pemimpin Pasukan Quds Iran Jenderal Qassem Soleimani tewas akibat serangan udara Amerika Serikat. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berjanji akan membalas dendam terhadap Amerika Serikat. Dikutip dari kumparan.com, Khamenei menyatakan, Soleimani adalah seorang martir. Iran akan berkabung selama tiga hari untuk menghormati berpulangnya Soleimani.

''Kemartirannya adalah hadiah atas upaya tanpa hentinya selama bertahun-tahun,'' ucap Khamenei seperti dikutip AFP, Jumat (3/1).

''Dengan berpulangnya dia, Insyaallah, pekerjaan yang ditinggalkannya tak akan berhenti, kami akan balas dendam dengan keji kepada penjahat yang membuat tangannya bersimbah darah darinya (Soleimani) dan martir-martir lainnya,'' sambung dia.

Perintah pembunuhan Soleimani datang langsung dari Presiden AS Donald Trump. Soleimani dituding AS dalang pembunuhan sejumlah warganya di Irak.

Di Iran, Soleimani sangat populer. Ia dipandang sebagai salah satu sosok terdepan perlawanan Iran terhadap AS dan Barat.

Bahkan, Khamenei menganggap Soleimani sebagai wajah perlawanan Iran di dunia internasional. Sehingga perjuangan Soleimani dipastikan Khamenei akan terus dilanjutkan.

''Berpulangnya jenderal tercinta dan paling berbakti merupakan pukulan bagi kami, tapi kami akan melanjutkan perlawanan demi mencapai kemenangan yang akan membuat lawan kami semakin pahit,'' tegas Khamenei

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengecam serangan udara Amerika Serikat yang menewaskan Komandan Pasukan elite Quds, Qasem Soleimani. Menurutnya tindakan itu sebagai aksi terorisme internasional. Zarif memperingatkan AS tentang konsekuensi untuk 'petualangan nakal'-nya.

Menteri Pertahanan Iran, Amir Hatami juga berjanji untuk membalas dendam yang dahsyat atas kematian Soleimani.

''Kami akan membalas dendam pada semua yang terlibat dan bertanggung jawab atas pembunuhannya,'' katanya sebagaimana dilansir RT, Jumat (3/1/2020).

Serangan roket AS di dekat Bandara Internasional Baghdad, pada Kamis, 2 Januari 2020 menewaskan Soleimani, komandan Milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis dan beberapa orang milisi. Pentagon mengatakan serangan itu dilakukan untuk mencegah rencana serangan Iran di masa depan.

Seorang juru bicara militer Iran yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan kepada kantor berita Fars, bahwa badan keamanan utama negara itu telah mengadakan pertemuan untuk membahas serangan yang menewaskan Soleimani.

Soleimani menjadi pimpinan Pasukan Quds pada 1998, sebuah posisi di mana dia selama bertahun-tahun tidak banyak menarik perhatian sementara memperkuat hubungan Iran dengan Hizbullah di Libanon, pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan kelompok-kelompok milisi Syiah di Irak.***