JAKARTA - Pulau Ambon dan Seram disebut bakal lenyap terseret ke palung laut sedalam 7 kilometer, bila terjadi gempa di palung Banda yang merupakan palung laut terdalam di dunia. Kabar mencemaskan yang beredar luas di media sosial dan cerita dari mulut ke mulut ini dibantah oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

''Berita ini tidak benar sehingga masyarakat tidak perlu panik atau khawatir terkait dengan kondisi yang berkembang akhir-akhir ini,'' kata ahli tsunami Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul, kepada mantan Gubernur Maluku Karel Ralahalu, Jumat (11/10/2019), sebagaimana dimuat di setkab,go,id.

Muhari menyampaikan bahwa berita viral tersebut adalah hoaks, gambar batimetri yang diedit sedemikian rupa dan diberikan keterangan seakan-akan ilmiah tetapi bertujuan untuk menyebarkan ketakutan kepada masyarakat.

''Gambar tersebut bukanlah foto satelit 3D karena satelit tidak bisa membuat foto dasar laut apalagi hingga kedalaman 7 km di bawah permukaan laut. Gambar tersebut hanyalah data batimetri biasa (tersedia banyak di internet), yang kemudian diberi efek ketinggian dan kedalaman yang lebih signifikan seakan-akan data ini baru padahal data ini adalah data lama dan data biasa saja,'' ujar Muhari melalui pesan digital Jumat (11/10/2019).

Muhari menyampaikan bahwa asumsi jika terjadi gempa dari palung Banda akan menyeret Pulau Ambon dan Seram adalah tidak bear. ''Belum ada dalam sejarah gempa dan tsunami di dunia ada gempa yang menghilangkan satu pulau sebesar Ambon, apalagi sebesar Pulau Seram,'' tegasnya.

Muhari juga mengatakan bahwa jika gempa di kawasan Maluku berpotensi menimbulkan longsoran lokal seperti yang terjadi di Palu tahun 2018 lalu, atau di Semenanjung Elpaputih tahun 1899 benar adanya, tetapi skala-nya lokal.

''Ini harus kita sikapi dengan bijak dengan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dan persiapan rencana evakuasi mandiri yang baik,'' sambung Muhari yang pernah bekerja di Kementerian Kelautan dan Perikanan itu.

Terkait dengan sebuah penelitian potensi patahan palung Banda oleh Jonathan M. Pownal Gordon S Lister dan Robert Hall, ia menyampaikan bahwa penelitian tadi telah dipublikasikan pada 2016. ''Jadi bukan yang baru saja dipublikasikan,'' tegas Muhari.

Ia menambahkan, penelitian tersebut tidak membahas sama sekali mengenai potensi tsunami atau potensi gempa yang bisa menyeret Pulau Ambon dan Seram.

''Bahkan, dalam hasil penelitian tersebut sangat jelas disebutkan bahwa tidak ada bukti bahwa segmen palung Banda tersebut adalah segmen seismik aktif. Jadi jika ada berita atau tulisan yang mengkaitkan hasil penelitian tersebut dengan prediksi-prediksi kejadian gempa atau tsunami yang akan terjadi di Ambon maka itu adalah hoaks,'' ujar Muhari.

Sehubungan dengan berita viral yang beredar di media sosial, jejaring sosial digital maupun dari mulut ke mulut, Muhari mengimbau masyarakat untuk tidak terpancing oleh berita palsu tadi. Berita seperti ini sengaja ditimbulkan untuk menimbulkan rasa khawatir, panik dan takut di tengah-tengah masyarakat.

Masyarakat diharapkan untuk mengecek informasi resmi potensi bahaya dan parameter gempa atau tsunami dari sumber resmi seperti BMKG, BNPB atau pun BPBD setempat untuk menyikapi berita atau informasi yang tidak benar.***