PROBOLINGGO - Rohena tak akan pernah melupakan kerusuhan di Wamena, Jayawijaya, Papua, pada 23 September lalu. Sebab, tragedi itu tak hanya menyebabkan Rohena kehilangan rumah dan ruko, namun juga kehilangan suaminya, Sofyan. Dikutip dari merdeka.com, yang melansir antara, Rohena yang sudah pulang ke kampung halamannya di Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur ini, menceritakan, Jumat (11/10), saat kerusuhan terjadi, suaminya sedang ke pasar untuk membeli kebutuhan warungnya yang baru tiga hari dibuka.

Sudah berjam-jam menanti, sang suami tidak kunjung pulang. Bahkan setelah rumah dan warungnya dibakar massa, sang suami belum juga pulang.

Ia panik dan kebingungan mencari suaminya tanpa membawa bekal apa pun karena semua harta bendanya telah terbakar. Markas Kodim dan Polsek setempat menjadi tempat pertama yang dikunjungi untuk mencari keberadaan suaminya yang belum juga ditemukan.

Rohena akhirnya mendapat informasi dari teman suaminya yang mengabarkan bahwa suaminya telah meninggal dunia dan jenazahnya ada di rumah sakit.

Mendengar itu, ia seakan tidak percaya dan memberanikan diri meminta petugas mengantar ke rumah sakit untuk mencari suaminya dan di sana. Rohena bertemu seorang dokter yang menyampaikan bahwa suaminya meninggal dunia.

''Setelah di rumah sakit, seorang dokter menunjukkan salah satu jenazah dan setelah saya lihat, itu benar-benar jenazah suami saya,'' katanya sambil sesekali menyeka air matanya.

Peristiwa tersebut membuatnya sangat terpukul. Dia memutuskan untuk membawa pulang jenazah suaminya ke kampung halamannya di Kabupaten Probolinggo untuk dimakamkan di sana.

Rohena mengaku masih trauma atas peristiwa kerusuhan tersebut dan tidak ingin kembali ke Wamena. Meskipun saat ini kondisi di ibu kota Jayawijaya tersebut sudah berangsur-angsur kondusif.

Traumatik atas kejadian di Wamena juga dialami oleh sejumlah warga Kota Probolinggo yang mengaku enggan kembali menjadi perantau di sana karena harta bendanya habis terbakar akibat kerusuhan itu.***