PADANG - Erizal (42), merupakan salah satu perantau Pesisir Selatan, Sumatera Barat, di Wamena, Jayawijaya, Papua, yang masih hidup pasca kerusuhan pada 23 September 2019 lalu. Namun Erizal menghadapi sangat memilukan, sebab istri, anak dan keponakannya terbunuh dalam aksi kerusuhan tersebut.

Dikutip dari merdeka.com, dikisahkan Erizal, pagi itu, 23 September 2019, dia tak punya firasat buruk apapun. Dia beraktivitas seperti biasanya.

Erizal sudah berada di sebuah kios tempatnya bekerja. Termasuk istri dan anaknya. Tiba-tiba, 30 orang datang, langsung masuk.

''Jumlah mereka sekitar 30-an orang dan kami sama sekali tidak mengenal mereka,'' tutur Erizal mengenang peristiwa mencekam hari itu, seperti dikutip dari Antara, Selasa (1/10).

Merasa nyawa keluarganya terancam, Erizal, istri dan anaknya mencoba menyelamatkan diri. Namun mereka terkepung di dalam rumah, tepat di belakang kios. Keberadaan mereka diketahui massa dan didesak agar membuka pintu.

''Salah seorang kemenakan saya yang bernama Yoga mencoba menahan pintu, namun mereka berhasil mendobraknya, sehingga kami dilempari, ditembaki dengan panah dan kami semua sudah pasrah mati,'' kenangnya.

Benar saja, katanya, puluhan orang itu menikam istri, si bungsu serta kemenakannya. Ketiganya akhirnya meninggal dunia.

Sementara Erizal masih bisa hidup karena berpura-pura mati di dalam rumah. Namun beberapa bagian tubuhnya mengalami luka bakar.

''Setelah kami ditikam, rumah itu dibakar, namun saya cepat bangkit dan menyelamatkan diri, tapi tetap saja kepala dan tangan saya terbakar,'' kata dia.

''Alhamdulillah saya berhasil selamat dari peristiwa waktu itu, namun sayang anak dan istri serta kepoakan saya meninggal dunia karena luka dan terbakar,'' sambungnya.***