GAZA - Tentara Israel menembak mati empat warga Palestina dekat wilayah perbatasan Gaza dan Israel, Sabtu (10/8) pagi. Dikutip dari liputan6.com yang melansir Al Jazeera, Sabtu (10/8/2019), pihak militer Israel, mengatakan, keempat lelaki Palestina itu dipersenjatai senapan serbu, rudal anti-tank dan granat tangan, yang salah satunya dilemparkan ke pasukan Israel.

''Tentara Israel melepaskan tembakan ketika salah satu dari mereka menyeberang ke Israel,'' bunyi pernyataan tersebut yang juga menyebut bahwa tak ada korban di pihak Israel.

Sejauh ini belum ada komentar langsung dari para pejabat Palestina di Gaza atau kelompok-kelompok bersenjata di wilayah tersebut.

Penembakan pada hari Sabtu ini terjadi ketika warga Muslim Palestina bersiap untuk merayakan Idul Adha.

301 Warga Palestina Terbunuh

Gaza yang dipimpin oleh Hamas, telah berperang tiga kali dengan Israel selama dekade terakhir. Israel menarik pasukan dan pemukimnya dari wilayah itu pada 2005, tetapi membiarkan kantong itu di bawah blokade, dengan alasan keamanan.

Sementara pihak Palestina telah melakukan protes mingguan di sepanjang garis yang memisahkan Gaza dan Israel sejak Maret 2018, menyuarakan kondisi mengerikan Jalur Gaza dampak 12 tahun blokade Israel-Mesir.

Setidaknya 301 warga Palestina telah terbunuh oleh tembakan Israel di Gaza atau daerah perbatasan sejak saat itu, mayoritas selama demonstrasi. Tujuh warga Israel juga terbunuh.

Sebelumnya pada 1 Agustus, seorang warga Palestina tewas dan tiga tentara Israel cedera dalam baku tembak di bagian selatan jalur Gaza.

Intensitas protes telah menurun sejak Israel dan Hamas mencapai gencatan senjata tidak resmi di bulan Mei, menyusul pertempuran terburuk sejak perang 2014 di antara mereka.

Di bawah gencatan senjata - ditengahi oleh PBB dan Mesir - Israel setuju untuk mengambil langkah-langkah untuk meringankan aspek-aspek blokade di Gaza, tetapi Palestina menuduhnya memperlambat implementasi dan tidak mengambil langkah-langkah yang cukup untuk meringankan kondisi ekonomi yang melumpuhkan di daerah coastal enclave.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terlihat ingin menghindari gejolak besar di wilayah Palestina saat ia bersiap untuk pemilihan umum pada 17 September.

Namun, ia kemungkinan akan menghadapi tekanan politik untuk bertindak tegas terhadap setiap serangan signifikan.***