PEKANBARU - Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Riau dnilai sudah bisa berkembang sesuai dengan kebutuhan masa depan. Banyak faktor yang menyebabkan bandara yang berada di pusat ibukota Provinsi Riau itu mesti dipindah. Seperti yang diungkapkan Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPRD Riau, Abdul Wahid.

Wahid yang merupakan anggota Komisi IV di DPRD Riau itu menyebut, dari pembahasan bersama Dinas Perhubungan Provinsi Riau, di dapati adanya keluhan dari PT Angkasa Pura II selaku pengelolah bandara terkait rencana pemindahan Bandara SSK.

"Ya tapi kan mereka itu profit oriented juga. Sementara lokasi bandara SSK saat ini memang tidak layak, terutama ditinjau dari aspek keselamatan operasi penerbangan. Saya pikir Pak Syamsuar tetap harus mengapungkan opsi pemindahan bandara SSK II itu," katanya sebagaimana dilansir Gatra.com, Sabtu (6/7/2019).

PT Angkasa Pura II selaku pengelola bandara, beberapa tahun belakangan memang sudah menggelontorkan duit untuk melakukan serangkaian pekerjaan fisik di Bandara SSK II. Tercatat perusahaan plat merah ini sudah mengucurkan duit sekitar Rp200 miliar untuk perluasan terminal keberangkatan. Lalu runaway juga sudah diperpanjang dari yang tadinya 2.240 meter menjadi 2.600 meter.

Menurut Wahid hal yang wajar jika pengelolah bandara memikirkan besaran dana yang harus dikucurkan untuk proyek bandara baru. Sikap tersebut untuk memastikan investasi yang digelontorkan dapat kembali sebagaimana mestinya.

"Mereka pasti mikirnya sampai ke sana. Kalau nanti bandara baru dibangun, itu secara finansial memungkinkan atau tidak. Tapi sebenarnya ini bisa dikomunikasikan skemanya, apakah dalam pendanaan akan dibantu Pemprov atau seperti apa,," ujarnya.

Anggota parlemen Riau sendiri belum sepenuhnya sepakat dengan pemindahan Bandara SSK II. Sebagian wakil rakyat berpendapat, pemisahan bandara militer dengan sipil jauh lebih penting dibanding hanya menjadikan Bandara SSK II sebagai objek relokasi.

Politisi Partai Gerindra, Taufik Arrakhman menyebut, pemindahan pangkalan TNI AU keluar Kota Pekanbaru jauh lebih penting dibanding membicarakan relokasi Bandara SSK.

"Pemukiman penduduk saat ini semakin dekat dengan bandara. Sementara di situ ada aset-aset negara semisal pesawat tempur bahkan gudang-gudang amunisi. Jadi lebih baik itu yang dipindahkan dari kota Pekanbaru. Bukan bandara sipilnya."

Sebagai informasi, Bandara SSK berbagi landas pacu (runaway) dengan dua skuadron tempur TNI AU. Kedua skuadron tersebut terdiri dari skuadron 12 (pesawat tempur Hawk 100/200) dan skuadron 16 (pesawat tempur F16), keduanya bernaung dalam Pangkalan TNI AU Roesmin Nurjadin. ***