JAKARTA - Sesuai janjinya, massa yang berdemo di depan gedung Mahkamah Konstitusi (MK) pada Kamis (27/6), mendatangi Kantor Komnas HAM di Jalan Latuharhari, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (28/6). Dikutip dari kumparan.com, mereka datang untuk melaporkan ke Komnas HAM tentang kematian ratusan petugas KPPS selama proses Pemilu 2019.

Massa semula berkumpul di Masjid Sunda Kelapa, lalu berjalan kaki menuju Komnas HAM. Mereka yang membawa bendera kuning terbuat dari kertas ini sampai di Komnas HAM sekitar pukul 14.10 WIB. Massa bergerak sambil melantunkan takbir.

Mereka juga membawa spanduk yang bertuliskan ''buat apa menang pemilu jika berdarah-darah''. Juga ada tulisan ''kalau anak kalian yang jadi korban, apakah kalian akan diam?''.

Saat sampai di depan Komnas HAM, massa ini sempat memaksa untuk masuk ke dalam kantor Komnas HAM. Tetapi mereka dihadang oleh puluhan personel Brimob yang berjaga sejak pagi di Komnas HAM.

Setelah bernegosiasi dengan kepolisian, 25 orang perwakilan massa yang mengaku keluarga anggota KPPS yang meninggal, diizinkan untuk masuk.

''Pak Abdullah mengatakan aksi kita untuk menuntut meninggalnya ratusan saudara kita dalam Pemilu 2019,'' teriak orator dengan pengeras suara.

Sementara itu, eks penasihat KPK, Abdullah Hehamahua, yang biasa menjadi koordinator aksi, tidak hadir. Ia diwakili oleh wakil koordinator aksi, Asep Syarifuddin; perwakilan GNPF Ulama, Eddi Mulyadi; serta pengacara mereka, Ahmad Yani.

''Pak Abdullah saat ini tidak bisa hadir karena sudah berada di Lubuklinggau, Palembang. Jadi saya mewakili selaku pengacara,'' ujar Ahmad Yani.

Perwakilan massa ini disambut oleh salah komisioner Komnas HAM, Choirul Anam, di ruang pengaduan. Sementara yang lainnya terus melakukan aksi di jalan di depan Komnas HAM.***