JAKARTA - Video yang memperlihatkan seorang pria mirip Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaiatan menyodorkan amplop kepada seorang kiai sepuh beredar di media sosial sejak beberapa hari lalu. Dalam video itu terlihat, selain memberikan amplop, Luhut juga meminta sang kiai mengajak umat dan para santri mengenakan baju putih ke tempat pemungutan suara (TPS) pada 17 April mendatang.

Setelah beberapa hari video itu viral, hari ini (5/4), Luhut memberikan klarifikasi. Luhut mengakui dirinya memberikan amplop kepada KH Zubair Muntasor saat berkunjung ke Pondok Pesantren Nurul Cholil di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.

Dikutip dari liputan6.com, Luhut menjelaskan, kunjungannya ke Pondok Pesantren Nurul Cholil itu hanya sebatas silaturahmi biasa. Menurutnya, silahturahmi ke pesantren menemui para kiai sudah dilakukannya sejak masih menjabat di TNI.

''Silaturahmi di pondok pesantren sudah biasa saya lakukan sejak menjadi Komandan Korem 081/Dhirotsaha Jaya di Madiun Jawa Timur pada 1995. Bagi saya keberadaan pesantren telah menjadi pilar penting untuk menjaga kekokohan NKRI,'' ujar Luhut dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (5/4/2019).

Bahkan, sambung dia, hal tersebut juga yang membuat dirinya bisa mengenal Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. ''Dari kebiasaan itulah saya mulai mengenal almarhum Gus Dur yang kemudian banyak mengajari saya tentang tradisi pesantren, sejarah Islam, dan tentang Islam yang membawa kedamaian,'' ucapnya.

Sementara, khusus mengenai kunjungannya ke Bangkalan, kata Luhut, dimaksudkan menjenguk KH Zubair Muntasor yang didengarnya memiliki masalah kesehatan. Menurut Luhut, hal ini tidak patut diceritakan ke publik secara lebih mendetail karena menyangkut privasi KH Zubair.

Untuk Pengobatan

Luhut menegaskan, terkait amplop yang diberikan kepada hanya dimaksudkan untuk membantu biaya pengobatan semata. Hal itu diberikan Luhut lantaran dirinya telah dijamu dan disambut baik saat silahturahmi.

''Sayapun lebih dulu diberi oleh-oleh berupa batik dan batu akik. Begitulah tradisi yang kami lakukan untuk menjaga tali silaturahmi. Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 15 menit, saya menitipkan pesan agar jangan sampai ada umat atau santri yang golput pada Pemilu 2019,'' ungkap Luhut.

Luhut menyesalkan bahwa kunjungannya diartikan untuk jual beli suara politik. Bagi Luhut, tuduhan tersebut justru menjadi fitnah dan mencoreng nama besar kiai dan pesantrennya.

Dia pun mengimbau kepada para elite supaya mengedepankan pikiran jernih ketimbang prasangka buruk serta hati yang bersih daripada hati penuh kecurigaan.

''Ajaran hubungan dan jalinan silahturahmi yang sudah diajarkan turun temurun oleh para leluhur kita, jangan dirusak oleh kepentingan sesaat para elite. Sebelum bertindak bertanyalah dan berdialoglah dengan hati nurani yang paling dalam untuk melakukan sesuatu yang terbaik,'' tandasnya.***