ADA - banyak masyarakat yang menggantungkan biaya pengobatannya pada program Jaminan Kesehatan Nasonal-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Terlihat dari data Pada tahun 2018, pemanfaatan pelayanan kesehatan di seluruh tingkat layanan mencapai 233,8 juta pemanfaatan, atau rata-rata 640.765 per hari.

Dari seluruh pemanfaatan tersebut salah satunya adalah pelayanan Hemodialisis (HD) atau cuci darah. Cuci darah merupakan kegiatan rutin dan wajib yang dilakukan oleh penderita gagal ginjal
Penyakit gagal ginjal sekarang tidak hanya terjadi pada usia senja saja namun sudah bergeser ke usia muda, umumnya penyakit gagal ginjal pada usia muda disebabkan oleh asupan tubuh dan pola hidup tidak sehat.

Salah satu peserta yang memanfaatkan Program JKN-KIS ini adalah Juliana, Perempuan yang baru berusia 25 Tahun ini sejak lima tahun terakhir rutin untuk melakukan cuci darah sejak divonis pada tahun 2013.

“Pertama kali saya divonis untuk cuci darah waktu saya masih kuliah semester enam tepatnya bulan Mei tahun 2013, awalnya badan bengkak dan lemas dan langsung diperiksa di rumah sakit, hasilnya saya mengalami gagal ginjal, baru sempat tiga kali cuci darah saya memutuskan untuk berhenti karena saya memikirkan biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua saya, sempat tiga bulan saya tidak melakukan prosedur cuci darah sampai akhirnya tubuh saya benar-benar drop dan kembali saya melakukan cuci darah, selama setahun biaya cuci darah saya ditanggung keluarga dan kurang lebih biaya yang sudah dikeluarkan mencapai 250 juta, dan baru di bulan agustus 2014 lah saya mendaftar sebagai peserta JKN-KIS sampai sekarang,” tutur Juliana.

Entah sudah berapa kali dia menggunakan Kartu JKN-KIS untuk setiap cuci darah yang sudah berlangsung kurang lebih lima tahun ini.

“Entahlah kalau tidak ada Program JKN-KIS ini harus berapa banyak lagi uang yang harus dikeluarkan untuk cuci darah, apalagi setahun balakangan ini saya sudah disuruh untuk tiga kali seminggu cuci darah, dan saya sangat bersyukur dan berterima kasih terhadap Program JKN-KIS ini” cerita Juliana.

Juliana yang sempat merasakan sebagai pasien umum mengaku tidak pernah mendapat pelayanan yang berbeda semenjak menjadi peserta JKN-KIS.

Juliana juga mengajak masyarakat lain untuk menjadi Peserta JKN-KIS karena dengan semakin banyak yang bergabung semakin banyak pula yang akan terbantu seperti dirinya.