JAKARTA - Presiden Joko Widodo kembali menyebut politikus sontoloyo, hari ini, Rabu (24/10). Dijelaskan Jokowi, politikus sontoloyo yang dimaksudkannya adalah politisi yang menggunakan segala jurus jelang tahun politik. JAKARTA - Presiden Joko Widodo kembali menyebut politikus sontoloyo, hari ini, Rabu (24/10). Dijelaskan Jokowi, politikus sontoloyo yang dimaksudkannya adalah politisi yang menggunakan segala jurus jelang tahun politik.

Dikutip dari cnnindonesia.com, ciri-ciri politikus sontoloyo, kata Jokowi, adalah politikus yang menyerang lawan politik tanpa tata krama.

''Jelang Pemilu, banyak cara-cara tidak sehat digunakan politisi. Segala jurus dipakai untuk memperoleh simpati rakyat. Yang enggak baik sering menyerang lawan politik dengan cara tak beradab, tidak ada tata kramanya,'' kata Jokowi di ICE BSD, Rabu (22/10).

Politikus sontoloyo pertama kali disinggung Jokowi kemarin, ketika membagikan sertifikat tanah warga Jakarta Selatan. Ia meminta masyarakat berhati-hati terhadap politikus sontoloyo.

Menurutnya, banyak politikus baik, tetapi banyak juga politikus sontoloyo yang berusaha memecah persatuan dan kesatuan di masyarakat saat Pemilu.

''Kalau masih pakai cara lama, politik kebencian, SARA, adu domba, Pecah belah itu namanya politik sontoloyo,'' kata mantan Wali Kota Solo ini.

Salah satu contoh yang disebutkan kemarin adalah politisasi dana kelurahan. Kebijakan dana kelurahan dinilai oposisi politis karena dilakukan jelang Pemilihan Presiden 2019 yang diikuti Jokowi selaku petahana.

Padahal, kata Jokowi, kebijakan dibuat karena mendengar keluhan lurah kepada wali kota yang merasa timpang dengan desa. Sejak 2015, pemerintah menyuntik dana desa untuk meningkatkan perekonomian warganya.

''Saya ingatkan ini saya kira bukan zamannya lagi menggunakan kampanye misalnya politik adu domba. Sekarang zamannya politik adu program, ide, dan gagasan,'' Jokowi menegaskan.

Tak Punya Tata Krama

Sebelumnya, Kepala Divisi Hukum dan Advokasi DPP Demokrat Ferdinand Hutahaean, menyayangkan pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebut banyak politikus sontoloyo di tengah masyarakat. Dia menilai Jokowi tak punya tata krama sebagai seorang pemimpin nomor satu di negeri ini.

''Saya pikir presiden Jokowi sedang menunjukkan kelasnya yang tak memiliki tata krama politik dengan menyebut pihak yang mengkritiknya sebagai politisi sontoloyo,'' kata Ferdinand Hutahaean kepada CNNIndonesia.com, Selasa (23/10).

''Ini tidak patut dan sangat disayangkan seorang presiden mengeluarkan kata-kata yang tidak baik seperti ini,'' ujar Ferdinand menambahkan.

Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sontoloyo memiliki arti ''konyol, tidak beres, bodoh (dipakai sebagai kata makian).''

Ferdinand merasa aneh kritik terhadap pengucuran dana keluruhan itu dibalas Jokowi dengan melontarkan banyak politikus sontoloyo. Menurutnya, pernyataan Jokowi itu semakin menunjukkan dirinya antikritik dan bisa mengarah pada otoriter.

''Jokowi kalau diberi amanah satu kali lagi, saya yakin akan jadi presiden otoriter yang tidak akan menerima kritik,'' tuturnya.

Ferdinand mengatakan kritik yang dilontarkan kalangan politikus terhadap kebijakan pemerintah bertujuan baik, agar tak muncul politisasi anggaran demi kepentingan elektabilitas Jokowi, yang maju pada Pilpres 2019.

''Saya harus ingatkan Jokowi, hati-hati memberikan pernyataan, nanti ada yang bilang waspadai dan jangan pilih capres sontoloyo. Kan tidak elok dan akan makin tegang kondisi politik kita,'' ujarnya.***