JAKARTA - Calon wakil presiden (Cawares) Sandiaga Salahudin Uno mengingatkan, gelaran pemilihan presiden (Pilpres) 2019 tidak perlu jadi ajang saling menjatuhkan. Seharusnya, dianggap sebagai fastabiqul khairat (perlombaan dalam kebaikan).

''Kita harus angkat filosofi fastabiqul khairat bahwa kita harus bergegas kita berlomba-lomba untuk mencapai kebaikan dalam dunia yang tidak terpolarisasi. Pesta demokrasi (Pilpres) 2019 Insya Allah adalah fastabiqul khairat,'' kata Sandi di depan para mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (29/8), seperti dikutip dari republika.co.id.

Sandi menambahkan, dia melihat di media sosial dan media-media masyarakat mudah terpancing terpecah belah dan saling menyikut. Oleh karena itu, ia ingin membalikkan keadaan dengan diskursus inovasi di segala bidang.

Justru menurutnya, dalam pilpres nanti harus dijadikan sebagai ajang kolaborasi untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik. Sandi memberikan contoh, seperti yang dilakukan oleh Gojek.

''Gojek yang selama ini bersaing dengan beberapa perusahaan lain seperti Traveloka maupun perusahaan perusahaan sejenis. Tapi sekarang sudah berkolaborasi mereka tidak hanya berkompetisi tapi mereka melihat bagaimana berkolaborasi,'' tambah Sandi.

Namun dalam kesempatan itu, Sandi juga mengkritisi keadaan ekonomi Indonesia yang kurang baik. Di antaranya adalah meroketnya keutuhan pokok, tentunya juga berdampak kepada mahasiswa.

Maka dari itu, dia mengajak generasi muda untuk menciptakan lapangan pekerjaaan. Mengingat banyak usia produktif di Indonesia yang masih menganggur.

  ''Kita harus buka lapangan kerja yang seluas-luasnya, khususnya untuk anak-anak muda. Kita mempunyai pertumbuhan alhamdulillah, tapi ternyata pengangguran di tingkat anak muda kita tertinggi di ASEAN ini adalah PR kita yang harus kita selesaikan,'' tegas Sandi.

Dalam kesempatan itu, hadir juga Ketua Majelis Permusyawatan Rakyat (MPR) RI, Zulkifli Hasan, yang juga sebagai Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) dan tokoh Muhammadiyah, Din Syamsuddin. ***