KUALA LUMPUR - Negara Malaysia terancam bangkrut karena besarnya utang dan bunganya serta mega korupsi yang dilakukan mantan Perdana Menterinya (PM) Najib Razak beserta istrinya. Dikutip dari grid.id yang mengutip Kompas.com dan Channel News Asia, Sabtu (18/8), Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammadtetap berusaha merealisasikan janji kampanyenya yang lalu, meski sadar Malaysia sedang terancam kebangkrutan.

Janji kampanye PM berusia 93 tahun tersebut ialah membenahi dan membersihkan antek-antek korup rezim sebelumnya di seluruh departemen negara Malaysia.

Lantas Mahathir juga akan berusaha agar utang Malaysia dapat dilunasi.

Tapi kenyataan tak seindah bualan belaka, Mahathir malah mengakui jika Malaysia sekarang tak punya cukup uang untuk membayar bunga utang, apalagi melunasinya.

''Membayar bunganya saja sudah membuat kami bangkrut. Apalagi jika harus mengembalikan utang utama,'' kata Mahathir.

Mahathir secara langsung menyalahkan pemerintahan sebelumnya yang membuat kekeliruan besar sehingga negara berada di ambang kebangkrutan.

Tapi Mahathir lebih memilih bertindak daripada menyalahkan terus menerus rezim korup Najib Razak, karena jika membicarakan korupsi pemerintahan terdahulu bisa menghabiskan waktu berhari-hari.

''Karena itu, kami bakal fokus merealisasikan janji yang kami buat saat kampanye,'' tambahnya.

Hingga saat ini janji kampanye dari Mahathir baru tiga yang ditepati. Yakni memulihkan pajak penjualan dan barang (GST), memberikan ampunan bagi Anwar Ibrahim dan membuka kasus mega korupsi 1Malaysia Development Berhad (1MDB) bentukan Najib Razak.

Kemudian, pemerintahan Mahathir berusaha merampungkan isu-isu horizontal yang dialami komunitas India di Malaysia.

''Melalui berbagai terobosan yang dilakukan, kami ingin masyarakat melihat apa saja yang sudah kami capai sejak 9 Mei lalu,'' tegasnya.

Mahathir juga mengakui jajaran kabinetnya ada beberapa Menteri yang tak mempunyai pengalaman mengelola sektor yang berwenang mengurus hajat hidup orang banyak.

''Setiap orang pastinya tak luput dari kesalahan. Namun, kami tidak akan terlalu reaktif jika ada yang mengkritik,'' pungkas Mahathir.***