JAKARTA - Utang Indonesia yang akan jatuh tempo tahun depan mencapai Rp409 triliun. Kondisi ini membuat beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk membayar utang semakin berat.

Dikutip dari liputan6.com, Deputi Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Misbah Hasan mengatakan, jika pemerintah tidak mengerem utang, maka beban yang akan ditanggung APBN akan semakin besar.

Sebagai gambaran, besaran bunganya saja telah melampaui anggaran untuk pendidikan dan kesehatan.

''Pasti itu akan membebani postur APBN. Angka untuk belanja bunga utang saja sudah 17 persen dari Total Belanja atau Rp 275,4 triliun. Ini sudah di atas dari anggaran pendidikan, sudah di atas anggaran untuk kesehatan, hanya untuk bunga utang,'' ujar dia di kawasan Cikini, Jakarta, Minggu (19/8/2018).

Meski pun pemerintah yakin mampu untuk membayar utang tersebut, lanjut dia, namun sangat rawan bagi APBN di 2019. Terlebih, kondisi ekonomi global di tahun depan juga diperkirakan masih belum stabil sehingga ekonomi Indonesia masih rawan akan guncangan.

''Pemerintah boleh optimistis, tapi harus diantisipasi kondisi global dan kondisi dinamika politik. Karena sering kali investor pelaku ekonomi mengerem investasinya ketika tahun politik. Itu harus diantisipasi. Karena meskipun dijanjikan kondisi pokitik akan aman dan sebagainya, itu kan tidak bisa diprediksi,'' jelas dia.

Oleh sebab itu, Misbah menyarankan pemerintah untuk segera mengerem utang. Menurut dia lebih baik pemerintah mengoptimalkan anggaran yang tersedia untuk mendorong ekonomi di 2019.??

''Ini sudah lampu kuning, makanya kami menyarankan mengerem utang untuk belanja infrastruktur. Karena beban utang dari periode sebelumnya itu sudah sangat tinggi. Kalau ditambah dengan utang baru yang dilakukan oleh pemerintah sekarang, saya yakin itu postur anggaran akan semakin berat,'' tandas dia.***