JAKARTA - PT Pertamina (persero) dan PT Chevron Pacific Indonesia sama-sama berminat mengelola Blok Rokan di Provinsi Riau pasca 2021. Proposal dari kedua perusahaan ini tengah dievaluasi Kementerian ESDM.

Dikutip dari kumparan.com, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, proposal yang dievaluasi adalah proposal yang sudah masuk sebelumnya terkait program dari kedua perusahaan tersebut untuk bisa mengelola Blok Rokan.

Evaluasi dilakukan Kementerian ESDM bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

''Rokan sekarang lagi kita evaluasi. (Ada) Dua (proposal), Chevron dan Pertamina,'' katanya saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (20/6).

Chevron akan menyerahkan proposal final hari ini. Adapun proposal Pertamina tentang Blok Rokan, kata Arcandra, masih ada yang kurang dari sisi komersial. Jadi, yang sampai ke mejanya baru proposal program Pertamina di Blok Rokan.

''Udah masukan, kita evaluasi. Sisi komersial mereka (Pertamina) minta waktu. Itu akan dimasukkan kemudian. Program dulu, lalu komersialnya nanti kemudian,'' lanjut Arcandra.

Sisi komersial itu berupa bonus tanda tangan dan komitmen pasti yang akan ditawarkan Pertamina jika diberi kontrak untuk mengelola Blok Rokan. Adapun bagi hasil (split) serta syarat dan ketentuan (Term and Condition) kontrak sedang dibahas Kementerian ESDM.

''Semoga hari ini, saya enggak tahu juga deh. (Dimasukkan) Ke SKK Migas dulu, evaluasi bareng ESDM,'' jelasnya.

Kontrak Chevron Pacific Indonesia di Blok Rokan akan habis pada 2021. Perusahaan migas raksasa asal Amerika Serikat (AS) itu telah mengajukan perpanjangan kontrak. Untuk mendapatkan perpanjangan kontrak di Blok Rokan, Chevron harus bersaing dengan Pertamina yang juga tertarik menggarap ladang minyak terbesar Indonesia tersebut.

Pemerintah menyatakan akan memilih kontraktor yang menawarkan keuntungan paling besar untuk negara. Blok Rokan yang memiliki luas wilayah 6.264 km2 saat ini masih mampu menghasilkan minyak hingga 210.000 bph, lebih dari seperempat produksi minyak nasional.***