BANGKOK - Kisah terjebaknya 12 remaja pemain sepakbola dan pelatihnya dalam gua Tham Luang di Provinsi Chiang Rai, sebelah utara Thailand serta upaya penyelamatannya menyita perhatian masyarakat dunia. Beruntung semua remaja dan pelatihnya itu akhirnya berhasil diselamatkan setelah lebih dua pekan terperangkap tanpa makanan dalam gua yang gelap tersebut.

Dikutip dari merdeka.com, ayah dari salah satu bocah Thailand yang terjebak di gua Tham Luang menuturkan, ke-12 anak dan pelatihnya itu mulanya hanya berencana bertualang selama satu jam dalam gua. Tapi banjir bandang akibat hujan membuat mereka terperangkap dalam gua selama lebih dari dua pekan.

Ke-12 bocah dan pelatihnya itu Selasa lalu akhirnya bisa dikeluarkan seluruhnya lewat operasi penyelamatan selama tiga hari dipimpin Angkatan Laut Thailand dan dibantu tim penyelam internasional.

Mereka pergi ke gua Tham Luang di Provinsi Chiang Rai, sebelah utara Thailand pada 23 Juni setelah berlatih sepakbola. Ketika itulah hujan mengguyur kawasan gua.

''Dia bilang setelah mereka selesai latihan mereka akan bermain ke gua. Mereka bilang paling hanya satu jam,'' kata Banpot Korncam, ayah dari kapten tim sepakbola Moo Pa berusia 13 tahun kepada media, seperti dilansir laman Channel News Asia, Jumat (13/7).

''Ketika tiba dalam gua, di luar hujan deras dan air banjir memenuhi terowongan,'' kata Banpot.

Dua penyelam Inggris menemukan ke-12 bocah dan pelatihnya itu sedang berjongkok di gundukan gua berlumpur dalam sebuah celah terowongan beberapa kilometer dari mulut gua, sembilan hari setelah mereka masuk ke gua.

Meski sudah ditemukan, namun menjadi persoalan bagaimana mengeluarkan mereka di tengah kondisi air yang memenuhi terowongan gua.

Bocah berusia 11 hingga 16 tahun itu harus menyelam untuk memulai perjuangan mereka keluar dari gua, lalu masuk ke dalam kantong plastik seperti tandu untuk diusung melewati dinding curam, celah berbatu dan diikat di atas kepala.

Warga Thailan menganggap pelatih mereka, Ekkapol Chantawong, atau akrab dikenal Ek, sebagai pahlawan karena sudah menjaga anak-anak di masa sulit.

''Mereka cuma duduk diam tidak melakukan apa pun karena situasi gelap,'' kata Banpot menirukan penuturan anaknya yang masih dirawat di rumah sakit.

''Saat mereka lapar, pelatih Ek akan menyalakan senter untuk melihat kondisi stalaktit di atas mereka,'' kata dia. ''Dia menyuruh anak-anak itu meminum tetesan air dari stalaktit.''

Mereka kini sudah dirawat di rumah sakit dan belum boleh keluar sampai sekurangnya satu pekan.

''Kondisi mereka membaik. Keluarga kini bisa mengunjungi mereka dari jarak dekat,'' kata pengawas dari Kementerian Kesehatan, Thongchai Lertwilairatanapong.

Operasi penyelamatan ini menjadi sorotan dunia dan kisahnya menarik produser Hollywood untuk mengangkatnya ke layar lebar.***