JAKARTA - Jelang Idul Fitri 1439 H, ditengarai daya beli masyarakat menurun. Penyebabnya banyak faktor termasuk fokus pembangunan ke infrastruktur.

Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DPD DKI Jakarta, Sarman Simanjorang menyebut, penurunan daya beli jelang Hari Raya Idul Fitri kali ini disebabkan oleh sejumlah faktor terutama terkait kondisi ekonomi global.

''Daya beli menurun karena ekonomi Amerika sangat berpengaruh ke kita. Kurs rupiah melemah ini menyebabkan perusahaan menekan biaya operasionalnya,'' kata Sarman ditemui di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (10/6) petang.

Sarman menyebut, dampak pelemahan rupiah yang diantisipasi dengan penaikan suku bunga sangat berpengaruh langsung kepada pelaku usaha termasuk masyarakat.

''Orang yang mau pinjam uang ke bank jadi berpikir ulang karena suku bunganya naik. Otomatis belanja di masyarakat jadi turun,'' ungkapnya.

Peran pemerintah sangat penting dalam hal ini, kata Sarman. Menurutnya, selama ini pemerintah hanya terfokus dengan pembangunan infrastruktur dan membuat sektor lain jadi kurang mendapat perhatian.

''Jadi ini ada ketimpangan dimana pemerintah porsi terbesarnya hanya fokus ke infrastruktur saja. Yang dapat kue ya cuma industri skala besar, misalnya besi dan semen. Sementara sektor lainnya sulit berkembang dalam masa ekonomi seperti ini dan dampaknya sampai ke sektor mikro," kata dia.

Sarman menyebut, jika kondisi seperti ini dibiarkan, maka akan berdampak kurang baik bagi ekonomi Indonesia ke depannya.

''Indikator peningkatan ekonomi itu ada empat. Pertama daya beli masyarakat. Pemerintah, ketika mampu menjaga inflasi, artinya ini ekonomi kita bisa bertahan. Kedua, ekspor, terutama non migas. Semakin banyak ekspor, devisa akan kita terus bertambah.''

"Ketiga, investasi yang bisa sediakan lapangan kerja. Terakhir penyerapan anggaran pemerintah, baik pusat maupun daerah. Harapan kita penyerapan jangan timpang. Misalnya jangan dikuasai sektor infrastruktur saja," tegasnya. ***