GAZA - Ilmuwan Palestina Fadi Mohammad al-Batsh (34), tewas ditembak dua orang tak dikenal, saat akan menunaikan shalat Subuh ke sebuah masjid di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (21/4/2018) pagi. Dikutip dari sindonews.com, kelompok perlawanan Islam Palestina, Hamas, menuduh Israel berada di balik penembakan al-Batsh. Hamas juga menegaskan, al-Batsh merupakan anggotanya yang setia dan seorang cendekiawan muda Palestina.

Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan, berkaca pada aksi pembunuhan sebelumnya, Mossad berada di balik peristiwa yang disebutnya sebagai kejahatan tercela dan mengerikan. Mossad adalah badan intelijen Israel.

''Akan ada satu perhitungan yang belum diselesaikan antara kami dan mereka,'' kata Haniyeh di tenda berkabung Gaza, mengacu pada Mossad.

''Kita tidak bisa menyerah atas darah putra, remaja dan cendekiawan kami,'' cetusnya seperti dikutip dari CBS News, Minggu (22/4/2018).

Polisi Malaysia mengatakan al-Batsh ditembak mati Sabtu pagi oleh dua penyerang yang menembak sedikitnya delapan peluru dari sepeda motor ketika dia menuju ke sebuah masjid untuk shalat Subuh. Rekaman CCTV menunjukkan dia menjadi sasaran para pembunuh yang telah menunggunya selama hampir 20 menit.

''Investigasi awal menemukan empat luka tembak di tubuh korban. Dua peluru ditemukan di lokasi kejadian,'' kata kepala polisi Kuala Lumpur Mazlan Lazim dalam sebuah pernyataan.

''Kami percaya dosen itu adalah target mereka karena dua orang lainnya yang sebelumnya berjalan di tempat yang sama tidak terluka,'' imbuhnya.

Wakil Perdana Menteri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi mengatakan pemerintahnya sedang mencari kemungkinan keterlibatan ''agen asing'' dalam pembunuhan itu. Ia mengatakan kepada media lokal bahwa penyelidikan awal menunjukkan para penyerang adalah ''orang kulit putih'' mengendarai motor BMW 1100cc.

Al-Batsh tercatat sebagai ilmuwan yang secara khusus mendalami bidang teknik elektro. Dia selama ini bekerja di universitas Malaysia. Dia telah tinggal di negara itu bersama keluarganya selama delapan tahun terakhir dan menjadi imam di sebuah masjid lokal.

  Dia menerima gelar PhD dari University of Malaya pada 2015 dan menjadi dosen senior di British Malaysian Institute.  

Dalam biografi resminya dinyatakan bahwa bidang yang dia teliti termasuk konverter daya, kualitas daya dan energi terbarukan.

  Namun, media Israel melaporkan bahwa dia juga terlibat dalam proyek pengembangan drone Hamas.

  Keluarga al-Batsh mendesak pihak berwenang Malaysia untuk menyelidiki pembunuhan tersebut dan menangkap mereka yang bertanggung jawab sebelum melarikan diri. Keluarga juga meminta jenazah ilmuwan muda itu dipulangkan ke kota asalnya, Jabalya, di Jalur Gaza.

  Israel dan Hamas adalah musuh bebuyutan yang telah terlibat dalam tiga perang sejak 2008.

  Ketegangan meningkat dalam beberapa pekan terakhir terkait serangkaian protes massal di sepanjang perbatasan Gaza, di mana lebih dari 30 warga Palestina telah ditembak mati oleh pasukan Israel sejak akhir Maret lalu.

Tingkatkan Keamanan

Kepala Polisi Nasional Malaysia, Mohamad Fuzi Harun, mengatakan keamanan telah ditingkatkan dan penyelidikan sedang dilakukan untuk menentukan motif dibalik pembunuhan Fadi al-Batsh.

''Ini adalah insiden yang tidak menguntungkan yang kami ingin hindari, tetapi itu telah terjadi,'' kata Fuzi pada konferensi pers.

''Saya memberikan jaminan bahwa kami akan melakukan yang terbaik untuk meningkatkan tingkat keamanan, terutama di Kuala Lumpur,'' imbuhnya seperti dikutip dari ABC News, Minggu (22/4/2018).

Fuzi mengatakan al-Batsh telah tinggal di Malaysia selama lebih dari tujuh tahun dan merupakan penduduk tetap negara itu.

Ia memiliki gelar di bidang teknik elektro dan mengajar di sebuah universitas lokal, menurut Fuzi, yang mengatakan ia tidak dapat mengonfirmasi laporan bahwa al-Batsh adalah seorang ahli dalam pembuatan roket.

Dia mengatakan al-Batsh, yang melakukan perjalanan lokal dan luar negeri untuk berbicara tentang isu-isu Palestina, akan terbang ke Turki untuk konferensi ketika dia dibunuh.

Fuzi mengatakan, laporan saksi menunjukkan bahwa para penyerang memiliki ciri-ciri orang Eropa, tetapi itu terlalu dini untuk memastikan apakah agen asing terlibat dalam pembunuhan itu.

Kelompok non-pemerintah Humanitarian Care Malaysia mengatakan telah menunjuk al-Batsh sebagai imam selama beberapa tahun terakhir untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah-masalah Palestina di Malaysia.

Israel Membantah

Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman membantah tuduhan Hamas bahwa mata-mata Israel, Mossad berada di balik penembakan ilmuwan Palestina yang tinggal di Malaysia, Fadi Mohammad al-Batsh.

Lieberman menyakan, Batsh bukanlah seseorang yang suci dan tidak memiliki peran besar dalam peningkatan infrastuktur di Gaza. Oleh karena itu, lanjut Lieberman, Israel tidak memiliki kepentingan untuk membunuh Batsh.

''Kami mendengarnya di berita. Organisasi teroris menyalahkan setiap pembunuhan terhadap Israel, kami sudah terbiasa dengan itu,'' kata Lieberman kepada Radio Israel, seperti dilansir Reuters pada Minggu (22/4).

''Pria itu bukan orang suci dan dia tidak berurusan dengan peningkatan infrastruktur di Gaza, dia terlibat dalam meningkatkan akurasi roket. Kami terus-menerus melihat perselisihan antara berbagai faksi di organisasi teroris dan saya kira itulah yang terjadi pada kasus ini,'' sambungnya. ***