JAKARTA - Dalam beberapa hari belakangan ini sudah lebih 20 orang tewas akibat menenggak minuman keras (miras) oplosan. Bahkan di Bekasi, dari tujuh korban tewas, salah seorang diantaranya perempuan.

Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah sangat prihatin dengan kejadian tragis tersebut, karena itu mendesak pemerintah serius menghentikan peredaran minuman keras.

''Benar-benar mengenaskan, dimana dalam beberapa hari terakhir ini, 24 orang tewas atau meregang nyawa karena menenggak minuman keras di wilayah hukum Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya,'' kata Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas, kepada republika.co.id di Jakarta, Kamis (5/4). Ia menegaskan, pemerintah dituntut untuk berani membuat keputusan yang melindungi jiwa dan kesehatan rakyatnya.

Jangan hanya karena alasan pertimbangan ekonomi dan bisnis serta kepentingan para pengusaha, nyawa anak bangsa melayang.

''Seharusnya sebagai bangsa yang beragama dan berfalsafahkan Pancasila melihat dan berpandangan bahwa nyawa dari anak-anak bangsa ini jauh lebih penting dari uang,'' tegasnya.

Untuk itu, ia berharap langkah tegas pemerintah dalam menghentikan perdagangan dan peredaran minuman keras di negeri ini.

Tanpa ada sikap tegas dari pemerintah maka Indonesia akan selalu dihiasi dengan berita yang menyedihkan berupa kematian dari anak bangsa karena menenggak minuman haram dan terkutuk tersebut.

Puluhan korban berasal dari Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Depok, dan Bekasi. Para korban membeli miras oplosan tersebut di warung-warung jamu. 

Miras tersebut tidak bermerek, bahkan hanya terbungkus plastik bening. Harganya pun tidak mahal, hanyaberkisar Rp15.000 hingga Rp 20.000.***