BANGKINANG - Entah karena kurang perhatian pemerintah di Riau atau faktor lain, tiba-tiba rumah Lontiak yang berada di Desa Pulau Belimbing Kecamatan Kuok, yang sempat menjadi salah satu tujuan wisata Kampar, kini sudah pindah ke Bukittinggi, tepatnya di seputar Ngarai Sianok. Seperti diketahui, rumah Lontiak merupakan salah satu cagar budaya Kampar yang sempat menjadi tujuan wisata. Selain sebagai rumah adat, rumah Lontiak di Kuok ini juga dekat dengan jalan lintas dan sangat mudah dijangkau.

Bupati Kampar, Azis Zaenal sangat menyayangkan saat mendengar penjualan rumah Lontiak itu, apalagi dijual dengan harga sangat murah.

Azis mengaku telah ditelepon Gubernur Riau untuk membahas penjualan Rumah Lontiok. Gubernur meminta supaya hal serupa tidak terulang lagi. Ia mengatakan, semua peninggalan sejarah yang dapat dijadikan objek wisata harus dipelihara.

"Sayang dijual. Murah pula. Kabarnya hanya Rp8 juta sampai Rp9 juta. Jangan-jangan rumah kita pun dijual," ungkapnya, Rabu (24/1/2018).

Menurut Azis, Rumah Lontiok termasuk peninggalan sejarah yang berharga dan harus dijaga. Pemerintah dan masyarakat harus melestarikan keberadaannya agar tidak punah. Azis mengakui, Kampar memang belum memiliki Peraturan Daerah yang mengatur tentang pelestarian peninggalan sejarah. Ia berencana membuat Peraturan Bupati jika Peraturan Daerah terlalu lama disusun.

"Biar cepat, saya bikin Perbup (Peraturan Bupati). Tapi, tergantung DPRD lah. Kalau DPRD mau cepat bikin Perda-nya, kita bikin Perda," ujar Azis. Ia mengatakan, peninggalan sejarah akan diinventarisasi.

Kabarnya, rumah adat khas Kampar di Desa Pulau Belimbing Kecamatan Kuok itu dijual kepada pengusaha kuliner asal Bukittinggi, Sumatera Barat. Rumah Lontiok itu, kini menjadi pajangan di sebuah rumah makan di kawasan Ngarai Sianok, Bukittinggi. Keberadaan Rumah Lontiok terancam punah. Selain karena dijual, juga rusak termakan usia. ***