JAKARTA - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan pihaknya mendapatkan informasi bahwa sekitar 280 pucuk senjata dan sekitar 6.000 butir peluru yang tertahan di Bandara Soekarno Hatta (Soetta, Tangerang, dipasok PT MDM dari luar negeri, yang diduga dari Rusia.

Neta meminta pihak Polri memberikan penjelasan transparan terkait senjata dan amunisi yang tertahan di Bandara Soetta tersebut.

Polri perlu menjelaskan, kata Neta, apakah senjata dan amunisi ini bagian dari rencana Polri untuk membeli 20.000 pucuk senjata api.

Sebelumnya rencana pembelian senjata api tersebut sempat dipersoalkan Panglima TNI, dengan menyebutkan senjata yang akan dibeli itu jenis SS.

Namun Polri kemudian menjelaskan, senjata yang akan dibeli itu bukan jenis SS, melainkan jenis MAG 4.

Sebanyak 5.000 pucuk dibeli dari Pindad dan 15. 000 pucuk lainnya dibeli dari luar negeri. Polri tidak menjelaskan siapa yang memasok senjata itu dan dari negara mana senjata itu dibeli.

''Hanya disebutkan senjata itu untuk Polantas dan Shabara. Namun dari informasi yang diperoleh IPW senjata yang tertahan di Bandara Soekarno Hatta itu jenis SAGL untuk Korps Brimob,'' kata Neta melalui pernyataan Pers yang diterima Warta Kota, Minggu (1/10/2017).

Kata dia, Polri perlu menjelaskan. Apakah senjata yang tertahan di bandara itu berbeda dengan senjata yang hendak dibeli dari luar negeri sebanyak 15.000 pucuk.

''Penjelasan ini diperlukan agar tidak muncul spekulasi yang merugikan Polri,'' ungkapnya.

Senjata MAG 4 dibeli Polri dengan APBN 2017 dan DPR sudah menyetujuinya untuk 20.000 puncuk.

Polri memang membutuhkan keberadaan senjata api karena sebagian besar senjata api yang dipegang personilnya tergolong senjata tua dan sebagian hasil kanibal. Namun diharapkan senjata yang digunakan Polri adalah untuk melumpuhkan dan tidak sama dengan senjata TNI agar tidak muncul komplain atau protes dari kalangan militer.

Akui Milik Polri

Sebelumnuya Mabes Polri mengakui bahwa senjata dan amunisi yang tertahan di Bandara Soetta merupakan milik Polri yang diimpor dari Bulgaria.

Kadiv Humas Polri, Irjen Setyo Wasisto, mengungkapkan, Polri bukan kali pertama memesan senjata dan amunisi dari Bulgaria itu.

''Bahwa barang yang ada di bandara Soekarno Hatta yang dimaksud oleh rekan-rekan senjata adalah betul milik Polri dan adalah barang yang sah,'' ujar Setyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Sabtu (30/9).

Barang tersebut, lanjut Setyo, dibeli sesuai dengan prosedur. Mulai dari perencanaan, proses lelang, dan proses berikutnya sampai dengan direview oleh staf Irwasum dan BPKP, sampai dengan pengadaannya oleh pihak ketiga kemudian proses masuk ke Indonesia.

Selanjutnya, barang tersebut masuk ke wilayah pabean Bandara Soekarno Hatta.  Setyo menambahkan, Kakor Brimob sudah memberitahu dan meminta rekomendasi dari Badan Intelijen Strategi (BAIS) TNI.

''Prosedur memang demikian karena barang harus masuk dulu ke Indonesia kemudian dikarantina dan dicek dulu oleh BAIS TNI lalu dikeluarkan rekomendasi,'' jelasnya.

Namun, menurut Setyo, apabila dalam pengecekan tidak sesuai maka dapat diekspor kembali. Tetapi dalam pelaksanaannya, sambung jenderal bintang dua ini, tidak pernah seperti itu.

Sebab, memang bukan kali pertama Polri memesan senjata tersebut. Untuk barang yang sejenis, Mabes Polri sudah memesan tiga kali.

''Ini ketiga kalinya, (pertama) tahun 2015 dan 2016 (Kedua). Ketiga 2017 ini, jadi sudah pernah masuk,'' kata Setyo.***