SEOUL - Dua sosok ilmuwan nuklir loyalis Kim Jong-un dipandang para ahli sebagai sosok di balik kesuksesan uji coba senjata nuklir jenis bom hidrogen Korea Utara (Korut). Keduanya telah masuk daftar tokoh yang terkena sanksi Amerika Serikat (AS).

Foto-foto yang diterbitkan kantor berita negara Korut, KCNA, beberapa jam sebelum tes bom hidrogen menunjukkan dua pria berdiri di samping Kim Jong-un saat memeriksa hulu ledak. Kedua pria itu adalah Ri Hong-sop, Kepala Institut Senjata Nuklir Korut dan Hong Sung-mu, Wakil Direktur Partai Buruh di Departemen Industri Amunisi Korut.

Tes bom hidrogen pada hari Minggu lalu merupakan uji coba senjata nuklir keenam Korut. Bom berbahaya itu diklaim memiliki kekuatan yang jauh lebih merusak daripada bom atom.

Para ahli menyatakan bahwa kedua ilmuwan tersebut bagian dari kader ahli senjata nuklir yang berada di garis depan ambisi nuklir Kim Jong-un untuk mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang dapat membawa hulu ledak nuklir ke wilayah AS.

”Tampaknya Hong mempelopori program pengembangan nuklir sebagai pejabat senior partai dan Ri bertanggung jawab atas uji coba nuklir seperti bom hidrogen di tingkat pekerja,” kata Yang Moo-jin, profesor di University of North Korean Studies di Seoul, pemantau hirarki dan kepemimpinan negara tersebut, yang dilansir Rabu (6/9/2017).

Verifikasi independen atas peran kedua ilmuwan nuklir tersebut tidak bisa dilakukan, karena Pemerintah Korut tidak menyediakan kontak untuk komentar melalui email, fax atau telepon bagi media asing. Duta Besar Korut untuk PBB juga belum bersedia berkomentar.

Namun, sebuah ulasan Reuters terhadap media pemerintah Korut menunjukkan bahwa kedua ilmuwan tersebut telah menjadi semakin terkenal karena program senjata Pyongyang yang maju pesat di bawah kepemimpinan Kim.

Pada bulan Januari 2016, Hong dan Ri adalah orang pertama dan kedua yang menerima medali, yang diberikan secara pribadi oleh Kim Jong-un dalam sebuah upacara untuk menandai tes nuklir keempat.

Dua bulan kemudian, mereka menemani Kim yang sedang tersenyum memeriksa bola berwarna perak, yang menurut Pyongyang merupakan miniatur hulu ledak nuklir yang bisa dipasang pada ICBM.

Siegfried Hecker, seorang profesor ilmu nuklir di Stanford University dan salah satu orang Amerika terakhir yang mengunjungi Yongbyon, mengingat pertemuan Ri selama beberapa kunjungan di sana antara tahun 2004 dan 2008. Selama salah satu kunjungan itu, Ri menunjukkan kepada Hecker perihal reaktor plutonium dan laboratorium radiokimia.