JAKARTA - Badan SAR Nasional (Basarnas) Jawa Tengah memastikan helikopter milik Basarnas Jateng yang terbang dari Semarang ke arah Pegunungan Dieng, Jawa Tengah, untuk membantu evakuasi korban letusan Kawah Sileri, Pegunungan Dieng jatuh.

Kesembilan orang yang berada dalam heli tersebut dipastikan tewas.

Antara melaporkan, berdasarkan informasi,  untuk menuju Dieng heli jenis Dauphin berwarna oranye tersebut seharusnya memakan waktu sekitar 15 menit.

Namun menurut Kepala Basarnas Marsekal Muda TNI Muhammad Syaugi  pada menit ke-12 saat heli berada pada ketinggian 7.000 kaki,  mengalami benturan akibat cuaca buruk.

Disebutkan benturan yang diduga karena menabrak tebing terjadi ketika heli berada di atas Desa Canggal Bulu, Kecamatan Candiroto, daerah perbukitan Gunung Butak, Temanggung.

Jenazah yang telah diidentifikasi pada Senin (2/7) malam adalah jenazah dua anggota Basarnas bernama Catur Edi Sulistyo asal Wonogiri dan Budi Restiyanto asal Semarang dan satu lagi yang diduga adalah Kapten Laut Haryanto.

Namun informasi terakhir menyebutkan bahwa seluruh penumpang dikabarkan tewas, yakni empat penumpang adalah anggota Basarnas Jateng dan lima lainnya adalah kru dari TNI.

Selain Catur Edi Sulsityo dan Budi Restiyanto keempat anggota Basarnas adalah Muhammad Afandi, Nyoto Purwanto.

Sedangkan kelima kru dari TNI selain Kapten Laut Haryanto, adalah Kapten Laut Solichin, Serka MPU Hari Marsono, Peltu LPU Budi Santoso, dan KLD Yoga Febriyanto.

Kabiddokes Polda Jateng, Kombes Dr Didit Setyobudi menjelaskan, pemindahan seluruh jenazah korban heli yang jatuh menuju RS Bhayangkara Semarang karena fasilitas RSUD Temanggung kurang memungkinkan untuk menggelar proses identifikasi lanjutan.

"Kondisinya seperti apa saya belum mengetahui secara pasti. Yang jelas untuk proses identifikasi DVI kami membawanya ke RS Bhayangkara Semarang," katanya.

Sementara terkait bencana letusan Kawah Sileri, Pegunungan Dieng yang terjadi pada Minggu siang dikabarkan 12 orang wisatawan yang berjarak 20 meter dari letusan mengalami luka ringan.

Menurut Badang Geologi Kementerian ESDM para korban diduga tidak bersedia mengikuti rekomendasi untuk tidak mendekati bibir kawah di bawah 100 meter.

Sebelum letusan pada Minggu siang, terjadi letusan freatik pada 30 April 2017 berupa satu kali semburan lumpur dengan ketinggian 10 meter dengan jarak lontaran kurang dari satu meter dari bibir kawah berketebalan 1-2mm.