WINA - Presiden Austria Alexander Van der Bellen mengatakan suatu hari nanti dia akan meminta semua wanita berjilbab jika Muslim perempuan mengalami diskriminasi di negaranya. Permintaan sebagai solidaritas kepada umat Muslim  itu akan dia serukan jika Islamofobia berlanjut.

Komentar Presiden Van de Bellen ini disampaikan kepada para siswa beberapa hari lalu. Dia meyakini bahwa hak setiap wanita untuk mengenakan apapun yang dia suka.

Namun, mengacu pada diskriminasi terhadap umat Islam di Austria, dia kemudian melanjutkan komentarnya. ”Jika ini terus berlanjut dengan Islamofobia yang menyebar luas, saatnya akan tiba ketika kita harus meminta semua wanita untuk memakai jilbab,” ujarnya, seperti dikutip Russia Today, semalam (27/4/2017).

Pernyataan Van der Bellen, yang disiarkan oleh media Austria, ORF, menuai reaksi dari publik pengguna media sosial. Komentar presiden yang akan minta semua wanita berjilbab sebagai solidaritas kepada umat Muslim itu disalahpahami publik sebagai upaya penerapan syariah Islam.

Namun, kritikan itu dijawab sang presiden dengan mengunggah sebuah posting di Facebook pada hari Rabu. Dia menekankan bahwa wanita yang memakai jilbab di negaranya sering mengalami “permusuhan publik”.

Bulan lalu, beberapa pejabat pemerintah dengan tajam mengkritik sebuah rekomendasi dari Komunitas Agama Islam di Austria (IGGO) bahwa wanita Muslim sebaiknya mulai mengenakan jilbab sejak awal pubertas. Seorang sekretaris negara negara bagian di Austria, Muna Duzdar, menolak rekomendasi itu.

Komentar Van der Bellen muncul kurang dari tiga bulan setelah pemerintah Austria mengumumkan rencana untuk melarang pemakaian jilbab yang menutup muka secara penuh di tempat publik. Rencana itu memicu demonstrasi di Ibu Kota Wina.