MOSKOW — Seorang pria bersenjata menembak mati dua orang dalam serangan di markas intelijen Rusia, Dinas Keamanan Federal (FSB). Dua orang yang ditembak mati adalah seorang agen intelijen dan seorang pengunjung kantor.

Sementara seorang agen intelijen lain dilaporkan terluka dalam insiden ini. Adapun pelaku ditembak mati oleh aparat.

Seperti dilansir AP, Jumat 21 April 2017, kantor FSB yang jadi lokasi serangan berada di Khabarovsk, dekat perbatasan  dengan Cina.

Menurut FSB, pelaku berhasil melewati alat deteksi logam dan kemudian melepaskan tembakan di luar pos pemeriksaan keamanan ruang tamu kantor pada Jumat lalu. FSB membenarkan seorang petugasnya terbunuh.

FSB adalah organisasi penerus utama KGB yang ditakuti  terkait operasi kontra-terorisme. Namun, operasi intelijen FSB hanya untuk dalam negeri Rusia.

Serangan mematikan terhadap aparat penegak hukum di Rusia merupakan hal yang sangat jarang terjadi di wilayah yang tak stabil di utara area KaukasusZ

Namun, wilayah Rusia tengah menggencarkan pengamanan sejak serangan bom bunuh diri di dalam kereta bawah tanah di Kota St Petersburg pada 3 April lalu. Serangan itu merenggut 15 nyawa. 

ISIS Tanggung Jawab

Kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah atau ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan di markas badan intelijen domestik Rusia (FSB), Jumat lalu.

Seperti dilansir AFP, Sabtu, 22 April 2017, klaim tersebut dirilis kantor berita Amaq yang menjadi alat propaganda kelompok teroris ini, dan disebar lewat jejaring media sosial, Telegram.

Berdasarkan versi terjemahan yang dilansir SITE, ISIS mengaku menyerang kantor FSB di Kota Khabarovsk, perbatasan dengan Cina, sehingga menewaskan tiga orang dan melukai sejumlah orang lainnya.

Sedangkan, otoritas Rusia sebelumnya menyebutkan ada dua orang yang tewas dalam insiden itu.

Satu korban karyawan FSB dan satu lainnya warga sipil, dan satu korban lain dilaporkan terluka. Adapun pelaku tewas setelah ditembak mati aparat.

Laporan yang dilansir Amaq muncul satu hari setelah ISIS mengeluarkan klaim atas serangan di Paris, Prancis, hingga menyebabkan seorang polisi tewas dan dua petugas lainnya terluka.

Serangan mematikan terhadap aparat penegak hukum di Rusia merupakan hal yang sangat jarang terjadi di wilayah yang tak stabil di utara area Kaukasus.

Namun, wilayah Rusia tengah menggencarkan pengamanan sejak serangan bom bunuh diri di dalam kereta bawah tanah di Kota St Petersburg pada 3 April lalu. Serangan itu merenggut 15 nyawa. 

Dalam serangan bom bunuh diri di stasiun Metro St Petersburg yang menyebabkan 11 orang tewas, kelompok ISIS juga mengklaim sebagai pihak yang bertanggung jawab.

Namun, dalam penyelidikan oleh pihak berwenang Rusia, tidak ada bukti yang menghubungkan ISIS dengan aksi bom bunuh diri tersebut.

Tersangka dalam serangan bom di St Petersburg adalah Akbarzhon Jalilov, warga Rusia kelahiran Kirgistan, yang berusia 22 tahun.