MOSKOW - Anggota Senat Rusia mengancam melakukan babak baru perlombaan senjata setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom non-nuklir di Afganistan, Kamis, 13 April 2017.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan militernya menjatuhkan bom GBU-43, atau dikenal dengan sebutan ibu segala bom (MOAB), ke sasaran ISIS di Afganistan.

Akibat ledakan bom seberat 9.797 kilogram itu, sedikitnya 36 milisi ISIS tewas.

Anggota Komite Dewan Federasi Rusia urusan Luar Negeri, Igor Morozov, mengatakan kepada Sputnik bahwa serangan bom di Afganistan oleh AS itu merupakan upaya membangun dominasi dunia dengan unsur ancaman militer yang dapat memulai babak baru perlombaan senjata dan meningkatkan ketegangan dunia.

”Rusia akan membicarakan serangan bom AS tersebut dengan Dewan Keamanan PBB,” katanya, seperti dikutip Sputnik.

Komando Sentral AS (CENTCOM), Kamis, 13 April 2017, membenarkan dan menyatakan bahwa pasukan AS menggunakan bom raksasa MOAB untuk pertama kalinya dalam serangan ke bangunan terowongan yang digunakan militan ISIS sebagai persembunyian di Provinsi Nangarhar, Afganistan.

Beberapa hari sebelumnya, AS melancarkan serangan udara masif ke pangkalan militer Suriah karena kawasan tersebut diyakini oleh Pentagon digunakan oleh Presiden Bashar al-Assad melakukan serangan senjata kimia ke penduduk sipil.

Mantan Presiden Afganistan, Hamid Karzai, mengutuk serangan AS menggunakan MOAB. “Saya mengutuk keras serangan bom non-nuklir ke Afganistan oleh AS. Ini bukanlah serangan terhadap teror, melainkan gempuran tidak manusiawi terhadap wilayah negara kami,” katanya melalui akun Twitter.