PYONGYANG - Korea Utara (Korut) tidak takut dengan ancaman Amerika Serikat (AS) yang menyebut serangan militer pre-emptive terhadap Pyongyang telah jadi opsi di atas meja. Korut membalas ancaman itu dengan penegasan perluasan program nuklirnya sebagai pedang keadilan yang berharga dan dapat diandalkan.

”Jika otoritas pebinis AS berpikir bahwa mereka akan menakut-nakuti (Korut), mereka akan segera tahu bahwa metode mereka tidak akan berhasil,” kata Kementerian Luar Negeri Korut yang dipublikasikan kantor berita KCNA, hari Selasa (21/3/2017).

“Rezim (Korut) memiliki kemauan dan kemampuan untuk sepenuhnya menanggapi setiap perang yang ingin disulut AS,” lanjut KCNA. ”AS harus menghadapi situasi dengan mata terbuka lebar.”

Pernyataan itu muncul setelah pemimpin Korut Kim Jong-un mengumumkan keberhasilan uji coba mesin rudal balistik antarbenua pada hari Sabtu lalu.

”Dunia akan segera menyaksikan apa makna kejadian uji mesin pendorong rudal,” imbuh laporan media Korut itu.”Kekuatan nuklir (Korut) adalah pedang keadilan yang berharga dan pencegah perang yang paling dapat diandalkan.”

Dalam editorialnya, KCNA menuduh CIA melakukan perang cyber. ”AS adalah dinasti peretas dan negara nakal terburuk yang membungkuk untuk setiap (tingkat) untuk mewujudkan ambisinya guna menguasai dunia,” bunyi editorial tersebut.

Sementara itu, Duta Besar AS untuk PBB Nikki Hayley mengatakan Korut adalah ancaman nomor satu terhadap AS. Aksi militer, kata dia, adalah pilihan jika tidak ada kerjasama.

Komentar itu digemakan oleh mantan Menteri Pertahanan AS William Cohen kepada CNBC. ”Eskalasi militer Korut adalah masalah yang paling berbahaya yang telah kita hadapi saat ini,” ujarnya.