ANKARA - Pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan telah menutup sementara kantor Kedutaan dan Konsulat Belanda di Turki sebagai pembalasan atas tindakan Belanda yang dianggap mengusir menteri Turki. Belum cukup, pembalasan Turki berlanjut dengan melarang Duta Besar dan pesawat Belanda masuk Ankara.

Wakil Perdana Menteri Turki Numan Kurtulmus mengatakan, selain melarang masuk Duta Besar dan penerbangan Belanda ke Turki, Ankara juga menangguhkan pertemuan diplomatik tingkat tinggi.

Duta Besar Belanda untuk Turki Cornelis Van Rij saat ini sedang cuti dan tidak berada di Turki. Pemerintah Erdogan marah setelah pesawat Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dilarang mendarat di Rotterdam pada Sabtu pekan lalu.

Menlu Cavusoglu sedianya ingin pidato kampanye di hadapan massa pro-Erdogan di Rotterdam untuk mencari dukungan referendum konstitusi Turki yang digelar 16 April mendatang. Referendum itu untuk memperluas kewenangan presiden Turki.

Pada hari yang sama, Menteri Urusan Keluarga Turki Fatma Betul Sayan diadang para polisi Belanda ketika hendak memasuki kantor Konsulat Turki di Rotterdam. Sayan kemudian dideportasi ke Turki. Menurutnya, tindakan Belanda itu sebagai pengusiran, karena dia delegasi resmi yang memiliki kekebalan diplomatik.

”Kami melakukan apa yang mereka lakukan pada kami. Kami tidak mengizinkan pesawat yang membawa diplomat atau Duta Besar Belanda mendarat di Turki atau menggunakan wilayah udara kami,” ucap Kurtulmus, seperti dikutip Russia Today, Selasa (14/3/2017). 

”Mereka yang menciptakan krisis ini bertanggung jawab untuk memperbaikinya,” lanjut dia. Kurtulmus mengatakan bahwa pemerintahnya direkomendasikan Parlemen untuk mencabut perjanjian persahabatan resmi antara Turki dan Belanda.

Menurut Kurtulmus, tindakan Belanda yang mencegah pesawat Menlu Cavusoglu  mendarat di Rotterdam pekan lalu memperlakukan Menteri Urusan Keluarga Turki di negara itu merupakan tanda runtuhnya Eropa.