STOCKHOLM - Krisis nuklir Korea Utara (Korut) saat ini telah membuat publik dunia cemas. Namun, jumlah stok senjata nuklir rezim Kim Jong-un itu sejatinya tidak seseram yang dibayangkan, dibandingkan dengan jumlah stok nuklir dua negara adidaya, Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Lembaga independen tentang keamanan global, Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) telah melaporkan bahwa jumlah stok senjata nuklir Korut sekitar 10 unit. Jumlah ini meningkat dibanding tahun 2013 yakni sebanyak enam hingga delapan unit senjata nuklir.

Dalam laporannya, SIPRI merinci data kepemilikan senjata nuklir di seluruh dunia pada 2016. Data ini mengungkap bahwa jumlah stok senjata nuklir Rusia mengalahkan jumlah yang dimiliki AS.

Data dirilis SIPRI setelah Korut mengeluarkan peringatan mengerikan, yang menyebut semenanjung Korea di ambang perang nuklir. Perang nuklir, menurut Korut, bisa menjadi kenyataan karena AS dan Korea Selatan melakukan latihan simulasi serangan nuklir terhadap Korut yang melibatkan berbagai peralatan perang nuklir, termasuk pesawat pengebom B-52 dan kapal selam.

”Situasi di semenanjung Korea ini kembali ke ambang perang nuklir,” kata Duta Besar Korut untuk PBB, Ja Song Nam dalam sebuah surat kepada Dewan Keamanan PBB.

Menurut data SIPRI yang dikutip SINDOnews, Senin (13/3/2017), jumlah stok senjata nuklir dunia telah menurun hampir sepertiga, dari 22.600 unit pada 2010 menjadi sekitar 15.395 unit pada tahun 2016 lalu. 

Namun, penurunan jumlah senjata nuklir ini belum bisa menjadi jaminan keamanan dunia, karena AS dan Rusia juga sedang menjalankan program modernisasi senjata nuklir mereka. Berikut ini data stok senjata nuklir di seluruh dunia yang terdata pada 2016.

1. Rusia: 7.290 unit .
2. Amerika Serikat: 7.000 unit.
3. Prancis: 300 unit.
4. China: 260 unit.
5. Inggris: 215 unit.
6. Pakistan: 130 unit.
7. India: 120 unit.
8. Israel: 80 unit.
9. Korea Utara: 10 unit.