GRESIK - Petani Kota Giri akhirnya berjuang sendiri untuk memasarkan hasil panen padi mereka. Banting harga tidak bisa dihindari. Hal itu terjadi setelah beras mereka tidak ditampung Bulog karena tak memenuhi syarat. Harga gabah kering panen (GKP) dilego Rp3.100-3.200 per kilogram. Beras Rp6.300 per kilogram. Harga tersebut di bawah harga pembelian pemerintah (HPP). Instruksi Presiden (Inpres) 15 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras oleh Pemerintah menyebutkan, HPP GKP Rp3.700 per kilogram dan HPP beras Rp7.300 per kilogram.

”Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Bulog tetap menolak, sedangkan Dinas Pertanian Gresik belum bergerak,” ujar Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Gresik Mohammad Hamzah Takim, seperti mengutip Jawa Pos, Rabu (15/2/2017). Pemerintah diharapkan segera campur tangan. Sebab, kalau tidak, petani bisa frustrasi.

”Kami khawatir mereka enggan bercocok tanam lagi,” tutur dia. Hamzah berharap Bulog maupun Dinas Pertanian Gresik memberikan solusi. 

Samiaji, petani asal Desa Sirnoboyo, Kecamatan Benjeng, hanya bisa pasrah. Lelaki 48 tahun tersebut memiliki stok gabah dan beras yang lumayan banyak. Stok itu disimpan karena sulit menjualnya dengan harga yang cocok.  ”Gabah dan beras sudah enggak ada yang mau terima. Padahal, kami sudah banting harga,” katanya.

Sebelumnya, Kepala Sub Divre Bulog Surabaya Utara (Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo) Cecep Panin Nandiya menyatakan tidak membeli hasil panen petani karena kadar air terlalu tinggi. Itu tidak sesuai Inpres 15 Tahun 2015. ”Saya tidak mau menyalahi standar inpres itu,” ujarnya.

Cecep meminta petani memperbaiki kualitas beras. ”Minimal, kandungan airnya 2%,” katanya. Dia juga menyarankan petani menjual dalam bentuk gabah kering panen (GKP) saja. ”Kalau gabah masih bisa diterima,” ujarnya.