JAKARTA - Pemungutan suara pilkada serentak tahap kedua tinggal menghitung hari. Publik berharap, pencoblosan yg bakal dilakukan Rabu 15 Februari berjalan lancar tanpa ada yang menciderai kualitas pilkada. 

Saat ini sedang memasuki masa tenang kampanye, semua masa yang harus dijadikan momentum untuk meredakan tensi politik yang terus memanas sejak dimulainya kampanye pada 28 Oktober lalu.

"Pada tahap ini, masa tenang menjadi masa (tak) tenang. Sebab, di masa ini kandidat menaikkan mobilitas politiknya utk memenangkan pertarungan," kata pengamat politik UIN Jakarta, Adi Prayitno, Minggu (12/2/2017).

Dia mencatat ada tiga hal penting yang biasa terjadi di masa (tak) tenang. Pertama, serangan money politik. Praktik kotor ini dilakukan secara terbuka. "Meski dilarang, money politik menjadi opsi strategi paling ampuh yang dilakukan setiap kandidat," ungkapnya.

Kedua, kampanye hitam atau black campaign. Praktik ini dilakukan untuk merendahkan calon lawan dgn isu-isu negatif tak berdasar dan cenderung fitnah. 

Ketiga, bentuk kecurangan lain seperti manipulasi KTP atau KTP palsu, menggunakan kartu pemilih orang lain untuk mencoblos, pemilih ganda, dan pemilih siluman. "Tiga hal ini kerap dilakukan di masa (tak) tenang hingga hari pencoblosan," bebernya.

Oleh sebab itu, sebagai bagian dari konsolidasi politik di tingkat lokal, praktik-praktik diatas harus dilawan sampai titik darah penghabisan. Sehingga pilkada bisa berjalan damai dan sesuai harapan. "Goalnya adalah untuk melahirkan pilkada yang damai dan berkualitas," katanya.