BENGKULU - Ribuan masyarakat Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, terancam kelaparan karena kekurangan bahan kebutuhan pokok. Penyebabnya, sudah dua pekan kapal tak bisa berlayar ke pulau terluar Indonesia yang terletak di Samudera Hindia itu.

Ketua Lembaga Suku Adat Budaya Enggano (Pabuki), Harun Kaarubi mengatakan, kapal perintis tidak bisa berlayar ke sana lantaran izin berlayarnya sudah berakhir. Sementara kapal feri yang biasanya melayani pelayaran rute Pelabuhan Baai, Kota Bengkulu, ke Enggano sedang dalam perbaikan.

''Kondisi ini membuat bahan pokok yang dipasok ke Enggano tidak bisa masuk. Ancamannya, kelaparan,'' kata Harun, Senin (13/2/2017).

''Sekarang kita makan seadanya saja. Sebab, bahan pokok sudah mulai menipis,'' sambung Harun.

Selain bahan makanan, pasokan bahan bakar minyak (BBM) terutama jenis solar untuk menyalakan mesin disel pembangkit listrik di Kecamatan Enggano juga terhenti. Akibatnya mesin disel itu tidak bisa difungsikan untuk menyalakan listrik di pulau terluar tersebut.

Efek tak berlayarnya kapal juga berdampak pada hasil pertanian warga yang tak bisa dipasarkan ke luar pulau. Akibatnya hasil bumi seperti kakao, pisang dan lainnya kini mulai membusuk. Warga juga tak bisa bepergian ke Bengkulu atau sebaliknya.

''Kita meminta kondisi ini segara berakhir, agar warga tidak terancam kelaparan dan hasil pertanian tidak busuk dan mengalami kerugian besar,'' ujar Harun.

Kepala Suku Kaitora, M Raffli Jen Kaitora mengatakan, persoalan tersebut sudah terjadi beberapa kali. Sementara solusi dari pemerintah sama sekali belum ada.

''Sarana transportasi kesana dan sebaliknya hanya dengan kapal laut. Yang jelas kondisi ini harus ada solusi terbaik,'' pungkasnya.