PADA era yang modern ini, rokok tembakau maupun rokok elektrik menjadi salah satu hal yang menjadi tren masyarakat, terutama di kalangan wanita. Di balik citra 'keren', rokok memiliki risiko kesehatan yang berbahaya. Apalagi kalau bukan kanker paru. Menurut DR dr Elisna Syahruddin, SpP(K), PhD, spesialis paru dari RSUP Persahabatan, mengatakan selalu ada peningkatan pasien kanker paru lima kali lipat dalam waktu 10 tahun terakhir. Bahkan, penderita kanker paru yang berobat di RSUP Persahabatan mencapai lebih dari 1000 kasus per tahun. Peningkatan juga terjadi pada pasien wanita, baik perokok aktif maupun perokok pasif.

"Kebanyakan yang bukan perokok (aktif wanita) sih. Tapi meningkat, sekira 43 persen itu perokok aktif wanita," ungkap dr Elisna di 'Forum Ngobras', akebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (10/2/2017).

Ada beberapa faktor risiko yang mencetuskan kanker paru pada wanita. Di antaranya faktor usia di atas 40 tahun, terpapar asap rokok atau polusi, dan perokok aktif.

"Penyebabnya juga mungkin poluai udara, karena kita enggak bisa nge-judge. Tapi faktor-faktor risiko tadi, seperti usia," jelasnya.

Mengapa usia menjadi salah satu faktor risiko? Pasalnya, kemampuan sel-selnya memulihkan kondisi yang rusak juga dipengaruhi oleh faktor usia.

"Kanker ini meningkat karena usia tua. Disebut-sebut di Jepang, satu dari tiga orang tua menderita kanker apa saja. Karna perbaikan selnya menjadi lambat," pungkasnya.