SEOUL - Gejala-gejala penyakit kekeringan mata (dry-eye disease) menjadi hal yang umum dialami anak-anak yang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan ponsel cerdas dan lebih sedikit bermain di luar ruangan dibanding anak-anak lainnya, demikian temuan sebuah studi dalam BMC Ophthalmology. Ketika anak-anak itu tidak menggunakan ponsel selama sebulan, gejala kekeringan mata secara signifikan berkurang. Akademi Optalmologis Amerika menyatakan, penyakit dry-eye berdampak negatif mempengaruhi penglihatan dan performa di sekolah serta dipercaya banyak dokter spesialis kurang terdiagnosa. Menatap ponsel cerdas, komputer dan layar lainnya dalam waktu yang lama berkurangnya kedipan mata, bisa menyebabkan penguapan air mata lebih cepat, dan meningkatkan risiko dry eye. Para peneliti menyatakan, ponsel cerdas yang layarnya kecil dapat melelahkan mata jika penggunanya menonton dari jarak dekat.

Para peneliti di Korea selatan melakukan tes mata terhadap 916 anak-anak berusia 7- 12 tahun. Sebanyak 60 anak yang di-tes atau 6,6 persen dari total, memenuhi kriteria penyakit dry-eye berdasarkan beragam penilaian, termasuk waktu tear-breakup, sebuah tes yang mengukur stabilitas lapisan lemak air mata (tear film).

Kelompok dry eye rata-rata menggunakan ponsel cerdas 3 jam sehari. Sebaliknya, 55 persen anak-anak tanpa gejala dry-eye—disebut kelompok kendali--menggunakan ponsel cerdas selama 37 menit dalam sehari. Grup ini juga menghabiskan waktu lebih banyak di luar rumah, rata-rata 2 jam 20 menit per hari dibanding grup dry eye yang hanya bermain 90 menit per hari.